Lihat ke Halaman Asli

Anang Syaifulloh

Akun Pribadi

"Gua Penjara" bagi Arsitektur Itu Berupa Instagram dan Pinterest

Diperbarui: 16 Februari 2020   00:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pexels.com

Plato menggambarkan sebuah cerita tentang tawanan yang sejak lahir di gua. Mereka melihat cahaya dan bayangan saja. Asumsi yang terbentuk adalah cahaya api dan orang yang lalu lalang adalah kenyataan dan menganggap dunia luar seperti itu. Hingga suatu saat salah satu dari mereka bebas dan terkejut melihat kenyataan yang ada. 

Dunia begitu hijau, berbeda dengan gelap dan temaram yang ada di gua. Selama ini ia hanya melihat bayangan, bukan sosok asli. Ia hanya melihat citra manusia, bukan manusia asli sendiri. Begitu ia memberitahu teman-temannya yang ada di gua, mereka tidak percaya.  

Dunia referensi arsitektur kadang begitu. Referensi yang bertebaran di Internet, khususnya Instagram, Pinterest, sering dianggap sebagai kebenaran yang hakiki.

Gambar seperti benda mati. Ia tergantung pada intrepetasi mata yang melihat. Indah dalam mata belum tentu cocok dan fungsional apabila diterapkan pada hal lain. Pinterest dan Instagram sering dilihat sebagai alam nyata dari orang yang berada dalam gua.

Keduanya masih citra, Instagram dan Pinterest adalah gua kedua dalam cerita. Gua Plato jaman modern. Siapapun yang terjebak dalam gua modern arsitektur ini, bisa saja diterima oleh orang yang berada di gua. 

Tetapi ia mungkin hanya dianggap biasa saja oleh orang yang telah berada di dunia nyata arsitektur. Dunia yang memenuhi kebutuhan fungsional, keindahan dan sosial.

Klien biasanya seperti itu. Arsitek atau desainer dituntut untuk mengikuti gambar yang mereka lihat di Instagram. Tanpa mengetahui konteks, mereka ingin mererapkan apa adanya pada sebuah rumah/bangunan yang akan dibangun. 

Arsitek tentunya punya idealis sendiri. Tidak mungkin meniru saklek karya orang lain. Komunikasi menjadi kunci jalan tengah antara klien dan arsitek tersebut.

Dalam perkuliahan, dosen bertindak sebagai klien. Mereka memberi kriteria desain yang harus dipenuhi oleh mahasiswa arsitektur.

Beda klien di perkuliahan dan dunia nyata yaitu dosen sebagai klien mempunyai pengetahuan dan teori tentang arsitektur. Jadi meskipun ada bentuk bagus tetapi tidak memenuhi persyaratan, maka desain tersebut masih kurang maksimal.

Berbeda dengan klien di dunia nyata yang sebagian besar awam arsitektur. Pengetahuan tentang seni keindahan dan fungsional tidak sebanyak dosen. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline