Lihat ke Halaman Asli

Abdul Muis Syam

Terus menulis untuk perubahan

Jokowi-JK Pasangan Presiden “Amatiran”, Pembohong “Profesional”? Ingatlah Tuhan!

Diperbarui: 17 Juni 2015   15:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1418571143858916819

[caption id="attachment_341288" align="alignnone" width="600" caption="Ilustrasi/Abdul Muis Syam."][/caption]

CIRI orang yang munafik ada tiga, yakni: 1. Apabila berbicara, ia bohong; 2. Apabila berjanji, ia mengingkarinya; dan 3. Apabila diberi kepercayaan, ia berbuat khianat atau tidak amanah” (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim.)
------------------

KETIGA ciri orang munafik yang disebutkan dalam hadits tersebut sepertinya sangat mendekati pada diri Jokowi, juga Jusuf Kalla (JK).

Kedua orang ini yang “katanya” sebagai pasangan presiden pilihan rakyat itu, akhir-akhir ini justru dinilai makin pintar berbohong, dan makin pandai ingkar janji, sehingga makin sulit dipercaya. Dan apabila kebiasaan buruk tersebut terus dilakukan oleh kedua pemimpin ini, maka KIH bisa dipastikan berubah nama menjadi “Koalisi Indonesia Hancur”.

Para pendukung dan “penjilat” pasangan Jokowi-JK pastilah tidak akan senang dengan artikel seperti ini. Namun, maaf, senang atau tidak senang itu “bukan urusan saya”. Urusan saya adalah mengingatkan dan menunjukkan kebenaran, bukan kesalahan yang berusaha untuk dibenarkan.

Dalam sebuah hadits riwayat Ahmad menyebutkan, Nabi Muhammad SAW pernah menegaskan agar tidak segan-segan mengatakan sesuatu yang benar walau sesuatu itu pahit. Dan mohon maaf jika tulisan ini terasa pahit bagi diri tuan Presiden Jokowi dan buat tuan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Sebab, sekali lagi, saya hanya mengingatkan agar tolong jangan membiasakan rakyat terus-terus dibohongi dan dibodoh-bodohi dengan bersilat-lidah.

Sangat jelas-jelas harga bensin dan solar sudah dibacakan dan diumumkan sendiri kenaikannya sebesar Rp.2.000, Jokowi malah seenak mengatakan: ““Saya itu tidak pernah menaikkan harga BBM. Saya mengalihkan subsidi. Itu jelas sekali beda, jadi mahasiswa itu salah sasaran demo saya karena menaikkan harga BBM.” Pembohongan dan pembodohan macam apa ini? Orang Makassar bilang: Jokowi ini “patua-tuai”, artinya sebuah sikap berupa tindakan maupun lisan (secara halus ataupun kasar) yang dilakukan untuk menambah orang jadi sakit hati, misalnya mengolok-olok, yang biasanya dilakukan anak kecil dengan menjulurkan lidah sambil melontarkan kata-kata ejekan.

Sepertinya, kebohongan yang dilakukan Jokowi sudah tak bisa dihitung jari (silakan di-search di google). Saat masih Gubernur DKI Jakarta, ia mengaku hanya ingin fokus mengurus Jakarta. “Ah, saya mau ngurus banjir, saya mau ngurus macet, saya mau ngurus kampung kumuh, saya enggak mau berpikiran sedikit pun pada masalah itu (capres),” kata Jokowi di kantor BPK DKI, Jakarta, Kamis (13/12/2012), dilansir kompas.com.

Ketika itu Jokowi mengatakan, tugas sebagai orang nomor satu di Jakarta sudah cukup berat, apalagi harus mengurus masyarakat satu negara.

Ia mengatakan akan memikirkan cara mengurus dan menata masyarakat Jakarta agar lebih baik dan ingin menjalankan tugas sesuai program yang telah dijanjikan. “Saya mau konsentrasi bekerja untuk DKI,” kata Jokowi ketika itu.

Seiring dengan waktu, ucapan dan janji yang telah dilontarkan Jokowi itu hilang dan menguap entah ke mana. Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjend) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tengku Zukarnain pun menilai, Jokowi telah membohongi warga DKI Jakarta dengan mencalonkan diri jadi presiden. Pasalnya, ketika mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta, Jokowi telah berjanji untuk membereskan Jakarta.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline