Lihat ke Halaman Asli

amirhamzahuinmataram

Politik, Filsafat, Sosial Budaya, Keagamaan

Syirik Modern: Kritik atas Kritik Orang Yang Mengkritik Budaya Tradisional

Diperbarui: 26 Juli 2025   08:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seni. Sumber ilustrasi: Unsplash

Syirik Modern: Kritik atas Kritik Orang Yang Mengkritik Budaya Tradisional

Di tengah gempuran modernitas dan perkembangan teknologi, manusia modern merasa telah melepaskan diri dari praktik-praktik tradisional yang dianggap "mistik" atau "klenik". Mereka gemar mengkritik budaya leluhur seperti membawa keris, mengenakan jimat, atau melakukan ritual adat sebagai bentuk syirik, alias menyekutukan Tuhan. Namun, ironisnya, mereka tak sadar bahwa ketergantungan mereka pada benda-benda modern seperti dompet dan handphone juga mengandung pola pikir yang serupa: menggantungkan keamanan, kenyamanan, bahkan rasa percaya diri pada benda mati. Inilah yang disebut syirik modern, sebuah fenomena yang tak kasat mata namun menjangkiti banyak pikiran yang merasa diri "modern".

Budaya Leluhur dan Tuduhan Syirik

Budaya Indonesia sarat dengan simbol dan makna. Keris bukan sekadar senjata, melainkan simbol kejantanan, spiritualitas, dan warisan sejarah. Begitu pula jimat dan ritual adat lainnya, yang sejatinya merupakan bentuk ekspresi keyakinan dan keterhubungan manusia dengan semesta. Namun dalam narasi agama formal dan modernitas, budaya ini sering dicap sebagai syirik, tertinggal, dan tidak rasional. Banyak orang yang merasa lebih suci dengan menjauhkan diri dari praktik leluhur, bahkan mencaci mereka yang masih memeliharanya.

Ironi Manusia Modern: HP dan Dompet Sebagai Jimat

Sementara itu, manusia modern tak bisa tenang jika tidak membawa handphone atau dompet. Tidak sedikit orang yang memilih kembali ke rumah karena ketinggalan HP, seolah dunia akan runtuh tanpa benda tersebut. Benda-benda ini telah menjadi pengganti jimat, membawa rasa aman, rasa percaya diri, bahkan menjadi penentu status sosial. HP bukan lagi alat komunikasi, tapi "jembatan eksistensi", medium sosial, simbol kuasa, dan pengontrol kehidupan. Ini adalah bentuk ketergantungan yang dalam---bukan pada Tuhan atau akal sehat, tapi pada benda mati ciptaan manusia.

Jika kita mencela orang yang menggantungkan diri pada keris sebagai simbol perlindungan, mengapa kita membenarkan orang yang tak bisa hidup tenang tanpa ponsel yang ia letakkan di bawah bantal setiap malam?

Syirik Tak Lagi Mistis, Tapi Materialistis

Syirik dalam pengertian klasik berarti menyekutukan Tuhan. Tapi dalam dunia modern, syirik berubah wujud. Ia bukan lagi soal sesajen dan mantra, melainkan tentang menyandarkan rasa aman dan hidup kepada teknologi, kekayaan, dan status sosial. Syirik modern bersifat materialistis dan tersembunyi, tapi dampaknya sangat nyata: manusia lupa pada transendensi, mengganti makna dengan benda, dan menjadi budak dari hal-hal yang ia ciptakan sendiri.

Menimbang Kembali Makna "Syirik" dan Spiritualitas

Esai ini tidak bermaksud membenarkan praktik menyekutukan Tuhan, tapi hendak menunjukkan bahwa klaim kesucian atas modernitas seringkali tidak lebih rasional daripada praktik leluhur. Justru dengan memahami warisan budaya, kita bisa melihat bahwa spiritualitas tradisional bukan tentang menyembah benda, tetapi tentang menyimbolkan nilai-nilai kehidupan melalui benda. Keris, jimat, atau sesajen mengandung filosofi, bukan semata objek ibadah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline