Kebakaran merupakan bencana yang sudah tak asing lagi didengar. Seperti halnya di Australia, yang dalam sejarah berdirinya telah beberapa kali mengalami kebakaran hutan.
Black Summer merupakan sebutan bagi peristiwa kebakaran hutan yang terjadi di Australia pada musim panas tahun 2019-2020. Kebakaran ini disebut sebagai salah satu bencana alam terburuk dalam sejarah Australia, dilihat dari seberapa luas area kebakaran serta dampak kerusakan yang dihasilkannya.
Kebakaran dahsyat ini melalap habis lebih dari 17 juta hektar lahan, menghancurkan 3.094 rumah, menghilangkan nyawa sebanyak 429 orang akibat asap yang dihasilkan, dan merusak lebih dari 3 juta fauna (Haque et. al, 2022). Selain itu, kebakaran ini juga mempengaruhi 80% populasi Australia dengan paparan polusi udara yang berbahaya (Dickman, 2021).
Kebakaran ini tentunya tidak serta merta terjadi begitu saja. Terdapat banyak faktor yang mendukung terciptanya kebakaran tersebut.
Dalam banyak penelitian, beberapa faktor dominan yang memicu kebakaran hutan tersebut diantaranya adalah perubahan iklim, suhu ekstrim, kekeringan, juga aktivitas manusia. Tahun 2019 menjadi waktu yang cukup berat bagi Australia, dimana di tahun tersebut Australia mencapai suhu tertinggi dalam sejarah yang menjadikannya tahun terkering sehingga meningkatkan resiko terjadinya kebakaran (Kemter et. al., 2020).
Kekeringan yang melanda Australia tersebut menyebabkan vegetasi menjadi kering dan mudah terbakar. Vegetasi yang kering ini menjadi salah satu faktor utama pemicu kebakaran, mengingat daerah dengan kandungan air rendah dalam vegetasi meningkatkan resiko mudah terbakar (Levin et. al., 2021).
Kebakaran yang terjadi dalam skala besar ini memberikan dampak yang signifikan terhadap keamanan lingkungan dan masyarakat. Kebakaran yang terjadi berimplikasi pada hilangnya keragaman hayati, banyaknya masyarakat kehilangan tempat tinggal, polusi udara akibat asap yang ditimbulkan, dan memunculkan masalah kesehatan.
Polutan dari kebakaran ini mencapai lapisan stratosfer (hingga 25 km) dan menyebar secara global. Asap dari kebakaran ini mengandung karbon monoksida (CO), karbon hitam (BC), dan berbagai hidrokarbon, yang berdampak negatif pada kesehatan pernapasan dan kardiovaskular (Nguyen et. al., 2021). Selain itu, kebakaran ini juga tentunya memberikan dampak bagi perekonomian, seperti sektor pariwisata yang mengalami kerugian besar akibat penurunan jumlah wisatawan.
Kasus Black Summer 2019-2020 yang terjadi di Australia dapat diklasifikasikan sebagai isu keamanan non-tradisional. Dalam konteks teori keamanan non-tradisional, kebakaran ini dapat dikategorikan sebagai ancaman terhadap human security yang mencakup aspek keamanan individu dari ancaman fisik, ekonomi, dan kesehatan.
Human security adalah konsep yang menekankan perlindungan individu dari ancaman yang mengganggu kehidupan sehari-hari, termasuk bencana alam, penyakit, dan kemiskinan. UN World Summit for Social Development, menjelaskan bahwa terdapat 7 aspek yang dicakup oleh human security yakni, keamanan ekonomi, pangan, kesehatan, lingkungan, personal, komunitas, dan politik (Ditzler et. al., 2023). Dalam hal ini, kebakaran Black Summer yang terjadi di Australia tersebut dapat diklasifikasikan sebagai ancaman terhadap keamanan manusia karena aspek yang ditimbulkan terhadap kesehatan, ekonomi, keamanan fisik, personal, dan komunitas.