Lihat ke Halaman Asli

Alycia Wilma

mahasiswi

Menakar kekuatan dan Keterbatasan kajian Prediksi Maintainability Berbasis Machine Learning

Diperbarui: 21 April 2025   17:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Source: Google)

Dalam rekayasa perangkat lunak (RPL), aspek maintainability atau kemampuan pemeliharaan menjadi hal krusial yang seringkali diabaikan. Artikel oleh Alsolai dan Roper (2019) menawarkan kajian sistematis mendalam mengenai prediksi maintainability perangkat lunak berbasis machine learning (ML), khususnya untuk sistem berorientasi objek (OO). Artikel ini tidak hanya menyajikan rangkuman dari 56 studi utama yang relevan, tetapi juga menyoroti tantangan, tren, serta peluang riset di masa depan. Sebagai pakar RPL dan penulis opini, saya menilai artikel ini sebagai kontribusi signifikan dalam menjembatani riset akademik dan kebutuhan praktis industri perangkat lunak.

Kerangka dan Metodologi Kajian Sistematis

Penulis menggunakan metodologi Systematic Literature Review (SLR) yang direkomendasikan oleh Kitchenham. Prosesnya mencakup tiga tahap utama: perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan. Kekuatan utama dari pendekatan ini adalah transparansi dan replikasi proses. Tujuh pertanyaan riset (RQ) dirancang untuk mengeksplorasi definisi maintainability, metrik yang digunakan, jenis dataset, model evaluasi, serta tipe dan performa model prediksi.

SLR ini menyaring studi dari lima perpustakaan digital besar, termasuk IEEE dan ACM, dalam rentang waktu 1991--2018. Filter yang ketat ini membuat hasilnya kredibel dan relevan. Salah satu kontribusi unik artikel ini adalah cakupan yang lebih luas dibandingkan review sebelumnya, serta analisis mendalam terhadap model individual dan ensemble.

Temuan Utama: Model, Metrik, dan Dataset

Salah satu temuan penting adalah bahwa sebagian besar studi menggunakan CHANGE metric dan Maintainability Index sebagai variabel dependen. Ini menandakan kurangnya konsensus global terhadap metrik maintainability yang baku. Metrik-metrik OO seperti DIT, WMC, dan LCOM digunakan secara luas, menunjukkan hubungan kuat antara struktur kode dan kemampuan pemeliharaan. Sayangnya, sebagian besar dataset bersifat privat, menyebabkan keterbatasan dalam replikasi dan generalisasi. Hanya sebagian kecil studi yang menggunakan dataset publik seperti QUES dan UIMS. Ini merupakan celah nyata yang perlu diperbaiki oleh komunitas ilmiah.

Dominasi Model Individual dan Kurangnya Eksplorasi Model Ensemble

Mayoritas studi mengandalkan model individual seperti SVR, MLP, dan MLR. Sementara itu, model ensemble seperti Bagging dan Boosting ditemukan lebih akurat namun jarang digunakan. Hal ini sangat disayangkan, mengingat ensemble memiliki potensi meningkatkan kestabilan dan akurasi prediksi. Fakta bahwa model seperti FLANN-GA dan Neuro-Fuzzy menunjukkan hasil yang sangat menjanjikan, namun tetap kurang dieksplorasi lebih lanjut, menunjukkan adanya gap antara potensi teknologi dan penerapan nyatanya. Ada kebutuhan untuk menguji model-model ini dengan dataset lebih beragam dan berskala besar.

Tantangan dan Peluang Penelitian

Artikel ini menekankan tantangan dalam standardisasi metrik, keterbatasan akses dataset, dan variasi hasil akibat metode evaluasi berbeda. Penulis menyarankan perlunya benchmark umum serta publikasi dataset terbuka yang dapat dipakai lintas studi. Selain itu, aplikasi ML dalam konteks maintainability masih kalah populer dibanding domain lain seperti bug prediction atau defect detection.

Namun, ini juga membuka peluang besar untuk riset lanjutan. Misalnya, integrasi antara pendekatan statistik dan pembelajaran mendalam (deep learning), atau eksplorasi data temporal dari version control systems untuk memahami evolusi maintainability secara longitudinal.

***

Secara keseluruhan, artikel ini sangat komprehensif dan memberikan gambaran menyeluruh tentang posisi riset maintainability saat ini. Penyajian data yang sistematis, tabel-tabel metrik dan model, serta analisis kritis membuat artikel ini sangat berguna baik bagi akademisi maupun praktisi. Saya percaya bahwa publikasi ini akan menjadi referensi penting dalam pengembangan model prediksi maintainability di masa depan.

Namun demikian, meskipun artikelnya sangat kuat dalam menyusun lanskap riset, saya melihat masih ada ruang untuk kontribusi praktis yang lebih besar. Misalnya, rekomendasi eksplisit untuk integrasi dalam pipeline DevOps atau CI/CD bisa memperluas dampak hasil kajian ini ke dunia industri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline