Lihat ke Halaman Asli

Ada Apa dengan AKI dan Pengasingan Ibu Hamil di Papua?

Diperbarui: 7 Juni 2024   21:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: disway.id

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, sehingga tidak heran jika Indonesia memiliki keberagaman yang beraneka ragam, salah satunya adalah keberagaman budaya. 

Budaya atau kebudayaan adalah adalah bentuk hasil dari pikiran atau ide suatu individu maupun kelompok yang berisi moral, hukum, adat istiadat, dan kepercayaan yang diwariskan secara turun temurun sehingga menjadi sebuah kebiasaan yang hidup dan berkembang dalam kehidupan masyarakat hingga saat ini. Oleh karena itu, budaya dan masyarakat merupakan komponen yang saling berkaitan satu sama lain.

Budaya yang berkembang dimasyarakat sangat beragam, salah satunya adalah mitos atau pantangan bagi ibu hamil. Mitos atau pantangan bagi ibu hamil masih dipercayai  diberbagai daerah di Indonesia terutama didaerah pelosok atau terpencil, salah satunya adalah di daerah Papua. 

Di Papua mitos atau pantangan masih berkembang karena didaerah ini masih cukup kental akan budayanya. Mitos atau pantangan bagi ibu hamil di Papua yang masih terus berkembang hingga saat ini adalah pengasingan ibu hamil saat melahirkan.

 Hal ini dilakukan karena masyarakat Papua menyakini bahwa darah atau kotoran selama melahirkan dapat menimbulkan penyakit bagi orang sekitarnya selain itu juga masyarakat Papua mempercayai bahwa ibu hamil pada usia 9 bulan banyak diliputi oleh roh roh jahat yang dapat menimbulkan  berbagai bahaya gaib bagi bayi dan orang sekitarnya. (Chambers & Great Britain. Parliament. House of Lords., 1998)

Untuk menghindari hal-hal tersebut maka ibu hamil yang akan melahirkan harus diasingkan di sebuah pondok kecil jauh dari lingkungan masyarakat yang telah disiapkan oleh pihak keluarga. 

Selain itu, mayoritas ibu hamil di Papua dalam proses persalinan atau melahirkan tidak dibantu oleh tenaga kesehatan, mereka melakukan proses persalinan sendiri tanpa bantuan orang lain karena terkendala akses dan masalah ekonomi. 

Persalinan ini dilakukan dengan cara ibu hamil duduk di atas lobang yang sudah di alasi kayu dan pelepah pisang atau batang pohon sagu sebagai tempat menadah bayi yang akan lahir, kemudian memegang tiang dengan kedua tangannya sambil jongkok, ketika bayinya keluar subjek memotong ari-ari dengan menggunakan alat tradisional bambu (wilat-Jawa) sebagai pengganti pisau. (Sahetapy dkk., 2020).

Padahal jika dilihat dari perspektif kesehatan hal ini sangat berbahaya bagi ibu dan bayi karena dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan yang serius misalnya perdarahan, partus lama, infeksi, eklamasi, hingga dapat menyebabkan kematian (Alwi Qomariah, 2007).

Menurut survei, Angka kematian Ibu (AKI)   di Papua menduduki peringkat teratas. Jadi dapat dilihat dalam  perspektif kesehatan  mitos atau pantangan bagi ibu hamil yang berkembang dimasyarakat Papua ini menjadi salah satu penyebab utama Angka Kematian Ibu (AKI).  

Mitos atau pantangan ini menitikberatkan pada rendahnya kepedulian atau perhatian tentang keselamatan dan kesehatan terhadap ibu hamil. Padahal ibu hamil merupakan kondisi yang rawan dan harus diberi perhatian khusus seperti pemeriksaan kehamilan secara rutin, pemberian asupan gizi yang seimbang, peduli dalam masalah kesehatan mental ibu, dan mendapat pelayanan kesehatan yang memadai dalam proses persalinaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline