Nalarku menangkap suaramu
dalam tumpukan bebuku usang
di alam yang tak kupaham
namamu tertinggal sebagai tulisan
dan nyatamu terkubur, mungkin saja lama
mengunyah warna suka duka
yang diwakili puisi
sungguh bukanlah mati.
Waktu kini, lidahku menerjemah maya bahasa jiwamu