Lihat ke Halaman Asli

Alfa Riansyahh

Mr Random Word's

Patrick Kluivert dan Kesalahan Melihat Cermin

Diperbarui: 9 Oktober 2025   14:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : official instagram @timnasindonesia

Artikel ini akan dibuka dengan sebuah kutipan: 'Sepak bola bukan hanya tentang keindahan gaya bermain, tapi tentang keberanian mengakui tahap kesiapan sebuah tim.'


Kadang pelatih datang dengan mimpi yang terlalu besar untuk ruangan sekecil ini. Patrick Kluivert datang ke Timnas Indonesia dengan bayangan yang indah: permainan atraktif, penuh umpan-umpan cepat, tekanan tinggi, dan kepercayaan diri tanpa batas.

Di kepalanya, mungkin tim ini bisa menjadi Brasil 2002 atau Spanyol 2010 versi Asia Tenggara. Tapi mimpi yang besar selalu membutuhkan fondasi yang lebih besar. Dan di situlah kesalahannya dimulai :

1. Kesalahan Menilai Level Tim Sendiri

Masalah utama PK bukan soal visi --- melainkan soal konteks. Ia mengira para pemainnya adalah grade S+: pemain yang bisa mengalir seperti air, mengandalkan insting dan kecerdasan alami tanpa banyak arahan.

Padahal, realitasnya tidak sesederhana itu.
Pemain-pemain Indonesia tidak merata kualitasnya:

Ada yang cepat berpikir tapi mudah panik.
Ada yang punya teknik bagus tapi belum matang membaca ruang.
Ada pula yang bermain dengan hati besar tapi kurang stabil dalam keputusan.

Dalam kondisi seperti itu, membiarkan tim bermain tanpa sistem ketat sama saja dengan melepas kapal di tengah badai tanpa kompas.

2. Bongkar Pasang yang Menghapus Identitas

Bongkar-pasang line-up adalah eksperimen yang sehat --- tapi hanya jika dilakukan di waktu yang tepat. Masalahnya, PK melakukannya di fase paling kritis: Round 4 kualifikasi, di mana yang dibutuhkan bukan variasi, tapi kestabilan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline