Lihat ke Halaman Asli

Arie Lesmana

Saya hanya seorang pemuda yang hobi menulis

Aldo Faisal Umam: Tembok Rasa

Diperbarui: 25 Oktober 2021   14:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Image: Aldo Faisal Umam

Kita ditakdirkan Tuhan untuk bertemu,

Tapi semesta tak mengijinkan kita untuk bersatu. 

Ada sekat yang menghadang, seolah menjadi penghalang.

Padahal kita punya rasa yang sama, tapi dipaksa untuk sirna. 

- Aldo Faisal Umam

*****

 

Rasa yang kemarin ternyata hanyalah semu. Sementara tapi bukan fatamorgana. Waktu tak bisa diulang, tapi rasamu harus dibuang. Egois, hanya memikirkan perasaannya tanpa memikirkan hubungan pertemanannya. Semua tentang rasa yang terlambat disadari ketika aku sudah mulai beranjak pergi.

Kisah kita kemarin memang sudah berakhir, tapi kisahku yang kemarin bukanlah yang terakhir. Aku berdiri tegap disini, menatap keramaian yang tak pernah sirna. Menatap pedagang pedagang yang sedang melayani mereka yang membeli dagangan mereka, sedari pagi. Pun area parkir gor yang berjejer motor yang diatasnya masih ada sang pengendara. Jangan lewatkan kumpulan anak basket yang berjalan bersama-sama memasuki area gor sambil bercanda ria. Sedang aku berjalan sendirian, sengaja.

Teriakan dan nyanyian ultras terdengar riuh kala aku mulai memasuki gor dan berjalan menuju tribun. Aku berjalan menaiki tribun paling atas dan pojok adalah spot ternyamanku. Tribun seberang dikuasai penuh oleh satu sma yang sedang bertanding. Entah dimana supporter sma yang menjadi lawannya, aku pikir satu tribun denganku. Aku duduk diam menyaksikan pertandingan dengan khidmat, walau kadang suara teriakan menganggu indra pendengaranku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline