Lihat ke Halaman Asli

Rahmad Agus Koto

TERVERIFIKASI

Entrepreneur

Gara-Gara Berbohong, Gagal Memperoleh Pinjaman dari Bank.

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Kisah ini adalah kisah nyata yang saya alami sendiri, nama dan waktu kisah ini terjadi sengaja saya samarkan.

*****

Beberapa tahun yang lalu saya pernah bekerjasama dengan si X dalam menjalankan bisnis A. Seiring waktu bisnis ini berjalan cukup baik, hingga timbul pemikiran untuk mengembangkan bisnis ini. Ide ini tentunya membutuhkan modal yang cukup besar. Setelah mesdiskusikan hal ini kami sepakat untuk memperoleh modal tersebut dengan cara meminjamnya dari bank H, dan menyepakati si X yang akan mengurusnya.

Kira-kira satu bulan kemudian, si X menghubungi saya melalui handphone. Dia meminta saya untuk membuat catatan keuangan bisnis untuk dua tahun. Saya pun heran karena bisnis A yang kami jalankan ini baru berjalan kurang lebih satu tahun. Setelah memahami maksudnya untuk membuat data-data fiktif sebagai syarat-syarat untuk mendapatkan pinjaman dari bank H, saya memutuskan untuk menolak ide yang telah kami sepakati bersama.

Alangkah terkejutnya saya, setelah mengetahui bahwa ternyata si X terus melanjutkan usahanya untuk mendapatkan pinjaman itu. Saya tidak sanggup melarangnya, dan jujur saya mengakui bahwa saya tergoda juga untuk mendapatkan bagian apabila pinjaman dari bank H itu cair, mengingat kondisi keuangan saya waktu itu cukup sempit (astagfirullah).

Ketika surveyor bank H tersebut mendatangi lokasi bisnis kami, saya hanya bisa diam dan melihat bagaimana si X berbohong menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka. Dengan santainya ia mengatakan bahwa bisnis ini telah berjalan tiga tahun beserta kebohongan-kebohongan kecil lainnya. Sungguh, betapa tidak nyamannya saya waktu itu.

Kira-kira satu bulan kemudian, saya mendapatkan informasi bahwa usaha si A untuk mendapatkan pinjaman dari bank ternyata gagal. Hal ini disebabkan karena bank H mengetahui bahwa dokumen-dokumen yang diajukan tidak memenuhi syarat, termasuk badan usaha CV yang diurus si A.

Saya benar-benar malu kepada Allah karena telah mengharapkan sesuatu yang tidak diridhoiNya. Di sisi lain saya sangat bersyukur bahwa Allah melindungi saya dari hal-hal yang demikian.

Semenjak peristiwa itu, hubungan kami mulai renggang, ditambah dengan pola pikir dan prinsip-prinsip bisnis kami yang sangat berbeda, akhirnya kerjasama kamipun bubar.

*****

Ironisnya, sebelum kisah ini terjadi saya telah membaca artikel Abdullah Gymnastiar "Prinsip-Prinsip Bisnis Dalam Islam" yang tercantum dalam buku Hermawan Kartajaya "Berbisnis Dengan Hati-The 10 Credos of Compassionate Marketing."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline