Lihat ke Halaman Asli

Lohmenz Neinjelen

Bola Itu Bundar, Bukan Peang

Tante Miyabi: Ibu Kota Pindah ke Dengkul?

Diperbarui: 30 April 2019   23:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

nasional.sindonews.com

Tante Miyabi tersenyum simpul sehubungan sedang hangatnya wacana ibu kota pindah, dari Jakarta entah ke kota apa.

Kali ini Tante Miyabi hanya tersenyum simpul saja setelah Jokowi kembali melempar wacana ibu kota pindah, tapi melihat tanggapan dari sebagian pihak cukup menggelikan juga.

Tante Miyabi pun tertawa, tapi tidak sampai tertawa ngakak guling-guling di ubin, apalagi terus guling-guling hingga melintasi jalan raya dan nyemplung ke dalam got.

Tertawanya Tante Miyabi biasa saja atas tanggapan dan pernyataan sebagian pihak tadi, antara lain seperti ini:

1. Memang sudah sewajarnya ibu kota pindah, karena Jakarta terlalu banyak masalah seperti kemacetan, jumlah penduduk , polusi udara, dan seterusnya. Palangkaraya adalah pilihan yang tepat. Soekarno pun dulu pernah mewacanakannya, tapi entahlah Soekarno sedang iseng atau serius waktu itu.

2. Selain Palangkaraya, ada juga kota lainnya, yaitu Mamuju usulan dari JK. Alasannya? Tidak terlalu sulit untuk mencari alasan dan pembenaran mengapa ibu kota lebih baik pindah ke Mamuju.

3. Banjir, ya Jakarta masih banjir, dan Anies Baswedan dianggap hanya mampu koar-koar tanpa memberikan solusi yang jelas, menurut pendapat sebagian pihak. Lebih baik ibu kota pindah ke Palangkaraya, Mamuju, atau kota lainnya, juga pembangunan tidak Jawa sentris, dan seterusnya.

4. Wacana ibu kota pindah hanya pengalihan isu agar masyarakat tidak hanya fokus terhadap masalah yang ada, terutama setelah Pilpres 2019 yang katanya perlu rekonsiliasi.

Ah, macam-macam saja, kata Tante Miyabi. Mengapa Jakarta tidak pindah ke dengkul? Bukankah Pilpres 2019 telah membuat cukup banyak pihak yang otaknya pindah dari kepala ke dengkul?

Ada yang mengatakan "saya menang!", tapi tanpa bukti yang menguatkan, pun saat koar-koar "banyak terjadi kecurangan".

Tapi sayangnya belum ada kota yang bernama Dengkul. Kalau mau dibuat dulu kotanya, baru Jakarta pindah ke Dengkul.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline