Lihat ke Halaman Asli

Frugal Living : Ikhtiar Kesederhanaan atau Alibi Kemalasan?

Diperbarui: 7 September 2025   22:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setelah lulus kuliah, tidak semua orang langsung mendapat pekerjaan. Ada masa menunggu yang terasa begitu panjang, penuh kecemasan, dan isi dompet yang semakin tipis. Malam sering dipenuhi pikiran berulang - tentang bagaimana bertahan, bagaimana menjaga uang agar cukup, dan sampai kapan harus menjalani keadaan ini.

Dari situ, pilihan untuk hidup hemat muncul. Awalnya terasa menekan: tidak bisa lagi bebas jajan, nongkrong di kafe, atau membeli barang baru. Setiap pengeluaran dipikirkan berkali - kali. Tapi perlahan ada kesadaran, bahwa hidup sederhana memberi rasa kendali. Memasak di rumah membuat uang bertahan lebih lama, menunda belanja membuat keuangan lebih stabil. Frugal living yang tadinya lahir dari keterpaksaan, sedikit demi sedikit berubah menjadi strategi.

Frugal living sejatinya bukan soal pelit, melainkan tentang menimbang. Mana kebutuhan nyata, mana sekadar keinginan sesaat. Saat dijalani dengan kesadaran, ia menjadi bentuk ikhtiar kesederhanaan, cara menjaga diri tetap berdiri tegak di tengah ketidakpastian.

Namun, tidak bisa dipungkiri, ada kalanya frugal living berubah menjadi tameng. Enggan ikut kursus yang bisa meningkatkan keterampilan, menolak bertemu orang baru karena takut keluar ongkos, bahkan menahan diri dari hal-hal kecil yang sebenarnya bisa membuat hati lebih tenang. Di titik ini, frugal living bisa menjelma alasan untuk berhenti melangkah.

Di sinilah keseimbangan diperlukan. Hemat tetap penting, tapi jangan sampai menutup semua pintu. Kesederhanaan yang sehat bukan hidup penuh rasa bersalah setiap kali mengeluarkan uang, melainkan hidup yang tahu kapan harus menahan diri dan kapan boleh memberi ruang untuk tumbuh.

Ketika akhirnya kesempatan kerja datang, disiplin hemat yang dijalani di masa sulit terbukti membantu menjaga kondisi tetap stabil. Dari situ muncul pelajaran berharga: frugal living adalah guru yang mengajarkan sabar, syukur, dan kendali diri. Tetapi pada saat yang sama, ia juga mengingatkan bahwa hidup tidak boleh berhenti. Hemat harus berjalan seiring dengan keberanian untuk bermimpi dan melangkah lebih jauh.

Hidup sederhana memang penting, tapi jangan biarkan ia berubah menjadi alasan untuk tidak berkembang. Setiap rupiah yang dijaga seharusnya membawa kita menuju sesuatu yang lebih besar, masa depan, pengalaman, dan kesempatan.

Mungkin ada baiknya kita berhenti sejenak untuk bertanya: apakah frugal living yang dijalani saat ini sedang membantu kita tumbuh, atau sekadar membuat kita diam di tempat?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline