Lihat ke Halaman Asli

Nana Suúd

Tertarik pada Literasi Sastra

Cerpen | Taman Dandelion

Diperbarui: 22 April 2017   20:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

..... Tahukah engkau, sayang? Bunga kecil berwarna putih yang bila ditiup maka kelopaknya akan terbang menjauh. Menuju suatu tempat yang tidak pernah ia kunjungi sama sekali. Lantas ia akan jatuh kemudian tertimpa rintik hujan dan panas hingga tumbuh tunas-tunas baru....

Entah sudah berapa lama aku duduk diam tanpa kata di sini, Menatap peri peri kecil yang menari kian ingatkan aku pada senyum gadis yang amat aku rindukan. Kau begitu juga kan, Girl? Sudah berapa lama kau tak di sini bersamaku? Menyambangi dandelion-dandelion yang menjadi kenangan kita. Aku tahu, kau pasti ingin melihatku tetap kuat seperti dandelion meski takdir membuat ia melalangbuana ke negeri antah berantah.

Namun sejujurnya aku tidak mampu seperti yang kau inginkan tanpamu, Girl. Bukankah kelopak itu adalah aku dan kau adalah tunas barunya?

 “Selamat ulangtahun, Theo.” Ah, itukah kau, Girl?

Aku menoleh antusias kemudian menghela nafas pelan. Tidak, kau tidak akan datang lagi kesini.

“Sudah kuduga kau akan kesini.” Seseorang duduk disebelahku, “Bukankah ini sudah tahun ke empat?” aku mengangguk tanpa menoleh.

Girl, mengertikah kau tentang keadaanku disini? Terhempas dan terlepas oleh takdir Tuhan. Ah, tidak sepantasnya aku menyalahkan Tuhan. Kau dulu tersenyum saat wajahku pias mengetahui apa yang terjadi dengan dirimu.

 “Theo, suatu saat kau juga akan mengalami ini.” Girl, kau justeru tersenyum mengatakannya.

“Itu terlalu cepat, Girl.” Aku termangu.

“Bukankah aku mengatakannya sejak enam bulan lalu?”

Aku mengangguk, “Kupikir kau bercanda.”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline