Ada satu jam tangan digital yang rasanya semua orang pernah lihat. Harganya murah. Bentuknya polos. Dan anehnya tetap terasa pas dipakai kapan saja. Namanya Casio F-91W.
Banyak orang pernah memilikinya. Ia jadi simbol keandalan dan kesederhanaan. Tapi ada cerita lain yang menempel. Cerita itu jauh lebih suram.
Selama bertahun-tahun, jam ini sering dijuluki jam teroris. Label itu kadung melekat di ingatan banyak orang.
Julukan itu tidak muncul begitu saja. Ada rangkaian peristiwa yang menguatkan narasinya hingga mendunia. Osama bin Laden, tokoh Al-Qaeda. Beberapa kali tertangkap kamera mengenakan F-91W (Hodinkee, 2019).
Keterkaitan ini membuat asosiasi publik makin kuat. Jam yang sama sering ditemukan saat penangkapan sejumlah terduga teroris. Alarm bawaan jam ini ternyata efektif dipakai sebagai pemicu bom rakitan, atau IED (Business Insider, 2015).
Teknologinya sederhana. an justru itu yang jadi nilai tambah bagi mereka. Alat mematikan bisa dirakit dengan biaya rendah. Sesederhana itu.Tapi apakah adil menempelkan cap pada sebuah barang hanya karena sebagian penggunanya? Menyalahkan jamnya terasa seperti lompatan logika. Mereka hanya memakainya.
Mirip menyalahkan produsen mobil pikap karena kendaraannya sering dipakai kelompok bersenjata di wilayah konflik.
Kenyataannya, produk dipilih karena fungsi, harga, dan ketersediaan. Logika yang sama berlaku di sini. F-91W dipilih karena jam ini bekerja dengan baik.
F-91W sendiri adalah produk yang sangat sukses. Penyebarannya luas, menembus nyaris semua negara. Harganya ramah di kantong, dari pelajar sampai pekerja bisa membelinya. Baterainya bisa bertahan sampai tujuh tahun. Ketahanannya juga terkenal.
Itulah alasan utama kenapa jutaan orang memilihnya. Penggunanya beragam. Barack Obama pun pernah terlihat memakainya di muka publik (WatchUSeek, 2010).
Fakta seperti ini menunjukkan betapa spektrum pemakainya luas. Dari orang biasa sampai tokoh dunia. Ya, termasuk teroris.