Diskursus lembaga mahasiswa selalu menghadirkan isu-isu hangat yang terjadi di belahan mana pun di republik ini. Isu yang mengangkat tentang ketidaksetaraan dan ketidakseimbangan hidup. Diskursus ini tak bisa hilang dari masa ke masa, pada setiap peradaban yang ada selalu ada tokoh yang akan terus mengingatkan dalam nalar empatinya bahwa hak adalah pemberian Tuhan diiberikan kepada semua manusia dan mahluk.
Isu Hak Asasi Manusia (HAM) sudah terlalu lama mengulur keadaan. Penderitaan tentang penantian hanya sebuah mimpi yang rasanya sulit datang.
Perhelatan pergantian kepemimpinan dari setiap periode juga adalah basa basi yang paling muak didengarkan oleh mereka yang menantikan kebenaran.
Sejak 20 Tahun Reformasi berjalan, pergerakan para eksekutif di pemerintahan belum menemukan benang merah dalam beberapa kasus pembunuhan di masa lalu.
Tentu yang menjadi soal bukan masa lalu yang harus dilupakan dan kita sebagai generasi saat ini memetik pelajaran kemudian berhenti sampai di situ.
Tapi ini soal manusia yang berjuang dalam garis kebenaran. Lihat saja beberapa cacatan suramnya kepastian HAM di republik ini
Kasus pembunuhan Munir. Munir Said Thalib merupakan aktifis HAM yang pernah menangani kasus-kasus pelanggaran HAM. Pria asal Malang ini meninggal dunia pada tanggal 7 September 2004 di dalam pesawat Garuda Indonesia ketika Munir sedang melakukan perjalanan menuju Amsterdam, Belanda. Penyebab tewasnya tidak diketahui, namun banyak berita yang menyebutkan ia tewas diracun. Hingga kini belum ada titik temu mengenai kasus pembunuhan Munir ini.
Belum lagi kasus Marsinah. Kasus yang lama tapi tak boleh dilupakan dengan akal dan nurani kita.
Kasus pembunuhan Marsinah terjadi pada tanggal 3-4 Mei 1993. Marsinah merupakan seorang pekerja dan aktivis wanita yang bekerja di PT Catur Putera Surya Porong. Berawal dari aksi mogok yang dilakukan oleh Marsinah dan buruh lainnya yang menuntut kepastian pada perusahaan yang telah melakukan PHK mereka tanpa alasan. Setelah aksi demo tersebut, Marsinah yang menjadi aktivis buruh malah ditemukan tewas 5 hari kemudian. Ia tewas di kawasan hutan Wilangan, Nganjuk dalam kondisi mengenaskan. Kasus pelanggaran HAM ini pun belum bisa diselesaikan dan masih menjadi misteri sampai sekarang.
Sangat sulit rasanya pemerintah di republik ini menyelesaikan masalah itu, padahal dari segala ruang penguasa diberikan semuanya.