Lihat ke Halaman Asli

ahmad labudi

Ketua Ikatan Alumni STAI Baitul ArqomAl-Islami - Sekretaris PC IKA PMII Kabupaten Bandung

Memastikan Bersyukur dan Menerima takdir Illahi; Buah pertemuan dengan Idul Adha

Diperbarui: 18 Mei 2025   09:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fhoto saat menghantar keberangkatan Haji Kloter 029 Kota Bogor(Lalu Pengantar pulang dan merenung)

Setiap menjelang Idul Adha tiba, hati saya selalu tergetar. menanti Gema takbir menggema di masjid, bayangan aroma daging qurban mulai tercium di gang-gang kampung, dan wajah-wajah tetangga yang menerima bungkusan daging tersenyum lebar. Ada kehangatan yang sulit dijelaskan, seolah momen ini mengingatkan kita bahwa hidup bukan hanya tentang diri sendiri, tetapi juga tentang orang-orang di sekitar. Idul Adha bukan sekadar hari raya, tetapi juga undangan untuk merenung tentang pengorbanan, kepekaan sosial, dan bagaimana kita memaknai takdir yang Allah berikan, termasuk soal haji yang menjadi dambaan banyak hati, tetapi tak semua mampu menjangkaunya.

Saya teringat kisah Nabi Ibrahim dan Ismail, yang menjadi akar ibadah qurban. dalam Al-Qur'an Surah As-Saffat ayat 107 begitu indah merekam momen itu: "Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar." Ayat ini bukan hanya bercerita tentang ketaatan, tetapi juga tentang makna memberi. Qurban mengajarkan kita untuk melepaskan sesuatu yang kita sayangi baik harta, waktu, atau tenaga demi kebaikan yang lebih besar. Ketika sepertiga daging qurban sampai ke tangan tetangga yang jarang makan daging, atau ke anak yatim yang matanya berbinar menerima bungkusan, di situlah saya melihat keajaiban kebersamaan. Rasulullah SAW pernah bersabda, "Barang siapa yang memiliki kelapangan rezeki dan tidak berqurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat kami." (HR. Ahmad dan Ibnu Majah). Hadis ini seperti tamparan lembut, mengingatkan bahwa qurban adalah panggilan untuk berbagi, untuk memastikan tidak ada saudara kita yang terlupa di hari yang penuh berkah ini.

Tapi, Idul Adha bukan hanya tentang qurban. Momen ini juga beriringan dengan ibadah haji, puncak rukun Islam yang begitu istimewa. Bagi sebagian orang, bisa berangkat ke Tanah Suci adalah anugerah yang tak ternilai. Namun, bagi banyak lainnya, haji tetap menjadi mimpi yang tertunda karena dompet tak cukup tebal. Di sinilah saya sering termenung, bahkan sehari yang lalu harus penulis ungkapkan kepada salah satu kiyai Pondok Pesantren yang ada didepan rumah. Mengapa ada yang mampu berhaji, sementara yang lain hanya bisa berdoa di depan televisi sambil menyaksikan siaran langsung dari Mekah? Jawabannya sederhana, tetapi mendalam: itu semua adalah takdir Allah. Benar adanya, ternyata dalam Surah Al-Hajj ayat 34, Allah berfirman, "Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (qurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap rezeki yang telah diberikan Allah kepada mereka..." Ayat ini seperti mengingatkan bahwa rezeki termasuk kemampuan untuk berhaji atau berqurban adalah pemberian Allah yang telah diatur dengan penuh hikmah.

Saya pernah mendengar cerita tentang seorang tetangga yang setiap tahun menabung untuk haji, tetapi selalu saja ada kebutuhan mendesak yang membuat tabungannya terpakai. Ia tak pernah mengeluh, hanya berkata, "Mungkin Allah ingin saya beribadah dengan cara lain dulu." Sikapnya membuat saya tersentuh. Rasulullah SAW bersabda, "Amal itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan." (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis ini menjadi pengingat bahwa niat tulus seseorang yang ingin berhaji, meski belum mampu, tak kalah berharga di mata Allah. Sebaliknya, mereka yang mampu berhaji harus bersyukur, bukan merasa lebih mulia. Bukankah Allah berfirman dalam Surah Al-Hujurat ayat 13, "Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa."? Keunggulan bukan soal harta apalagi kesempatan, tetapi soal hati yang penuh iman.

Sayangnya, kadang kita tanpa sadar memandang mereka yang berhaji atau berqurban sebagai "lebih" secara spiritual. Padahal, di mata Allah, setiap hamba memiliki peran masing-masing. Ada yang ditakdirkan berhaji untuk mensyukuri nikmat rezeki, ada pula yang ditakdirkan tetap di kampung halaman untuk mensyukuri nikmat kesabaran. Ada yang berqurban dengan menyembelih kambing, ada pula yang "berqurban" dengan tenaga, membantu membagikan daging atau sekadar berbagi senyum. Semua peran itu setara, asalkan dilandasi keikhlasan. Idul Adha mengajak kita untuk menghapus perasaan lebih unggul, untuk melihat bahwa setiap takdir adalah bagian dari skenario sempurna Allah.

Saat saya menulis ini, saya membayangkan wajah-wajah saudara kita di kampung yang menerima daging qurban, atau mereka yang berdoa di depan Ka'bah, juga mereka yang hanya bisa menatap Ka'bah dari layar ponsel. Semuanya adalah hamba Allah, dengan porsi rezeki dan ujian masing-masing. Idul Adha mengingatkan kita untuk berbagi kepada sesama, tetapi juga untuk menerima takdir dengan lapang dada. Bagi yang mampu berqurban, jadilah tangan yang memberi. Bagi yang belum mampu, jadilah hati yang bersyukur. Bagi yang berhaji, syukurilah tanpa kesombongan gelar haji. Dan bagi yang belum bisa berhaji, percayalah bahwa Allah telah menyiapkan kebaikan lain untukmu.

Di akhir renungan ini, saya hanya ingin kita semua menjadikan Idul Adha sebagai momen untuk lebih peduli, lebih ikhlas, dan lebih rendah hati. Qurban mengajarkan kita untuk memberi, haji mengajarkan kita untuk bersyukur, dan takdir mengajarkan kita untuk percaya bahwa Allah selalu tahu apa yang terbaik. Semoga Idul Adha kali ini membawa kita lebih dekat kepada Allah, dengan hati yang penuh kasih dan tangan yang tak lelah berbagi.

Wallahu a'lam bish-shawab.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline