Lihat ke Halaman Asli

Karya Sastra Indonesia antara Titipan Religius dan Proses Dinamika

Diperbarui: 24 Juli 2015   22:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Ketika kita mencoba bertanya kepada seseorang tentang arti dari karya sastra, akan sangat banyak jawaban yang diperoleh. Hal ini tentu saja tidak terlepas dari beragamnya latar belakang dari yang kita tanyai, baik latar belakang kehidupannya, maupun juga cara berpikir serta pengalaman sehari-hari yang dijalani.

Ada yang berpendapat bahwa karya sastra adalah sesuatu yang tidak berguna bagi masyarakat, tapi tak sedikit pula yang justru meyakini yang sebaliknya, dengan argumen bahwa dari karya sastra tersebut kemudian dapat di ketahui nyaris semua hal yang berkaitan dengan manusia pada peiode tertentu, mulai dari prilakunya, gaya hidup, budaya, agama  hingga tren mode apa yang tengah berkembang pada masa itu.

Dan semua itu menjadi amat penting kegunaannya, terutama sekali ketika kita ingin lebih memahami hikmah dari latar belakang suatu kejadian besar pada masa tertentu, yang biasanya terekam dalam sebuah karya sastra, sehingga diharapkan kita akan menjadi lebih bijak dalam bersikap dan bertindak dalam  menjalani hidup di masa setelahnya.

Karya sastra sebagai suatu produk buah manifestasi hasrat berkesenian manusia, tentu saja telah kita pahami bersama. Sejak zaman dahulu, Indonesia amat kaya akan segala hal yang dapat dianggap sebagai "Harta Bangsa", termasuk di dalamnya adalah karya sastra.

Masyarakat Indonesia termasuk masyarakat yang memiliki kreatifitas yang amat berlebih, dengan tingkat kemampuan yang jauh di atas rata-rata.

Banyak karya besar lahir di negara ini. Tidak terbatas hanya karya momumental bertaraf internasional seperti Borobudur, melainkan jauh lebih banyak lagi. Dan semuanya tersebar secara merata di seluruh penjuru negeri dan di setiap lapisan masyarakat yang sangat majemuk ini. Bahkan manusia pertama yang menemukan api (baca: Teknologi) di dunia, adalah manusia Indonesia dari ras Homo Wajakensis, yang fosilnya bersemayam di Desa Sangiran.

Semua itu adalah anugerah yang sangat besar dari Sang Pencipta. Dan menjadi amat terpuji jika kita turut menjaga serta melestarikannya. Syukur-syukur jika dapat pula turut serta dalam usaha pengembangannya ke arah yang lebih baik, selamanya. Dan barangkali itu tugas terpokok yang harus kita laksanakan.

 

***

Dalam tulisan kali ini saya mencoba untuk menampilkan beberapa uraian tentang kesenian Indonesia –khususnya dalam bentuk karya sastra- yang sangat tidak bebas akibat dari adanya "titipan" pihak-pihak di belakang layar pada periode waktu karya sastra tersebut dibuat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline