Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Rusdiana

Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdi, Pendiri/Pembina YSDPAl-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat. Peraih Kontributor Terpopuler Tahun 2024 di Repositori UIN Bandung

Disiplin Dalam Refleksi Tugas; Sekedar Rutinitas atau Kunci Mutu?

Diperbarui: 23 September 2025   08:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Realitarelita, tersedia di  https://www.realitarelita.com/2024/08/refleksi-pembelajaran-tantangan-dalam-meningkatkan-kesungguhan-belajar.html

Disiplin Dalam Refleksi Tugas; Sekadar Rutinitas atau Kunci Mutu?

Oleh: A. Rusdiana

Semester ganjil tahun akademik 2025/2026 telah dimulai sejak 1 September dan akan berlangsung hingga 19 Desember 2025. Di beberapa kelas S1, perkuliahan sudah memasuki dua kali pertemuan. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan tantangan: mahasiswa masih kesulitan menyatukan visi untuk menulis esai dari materi kuliah. Situasi kian kompleks karena jadwal kuliah sering paralel, terlebih bagi dosen yang harus mengajar di program S2, misalnya di mata kuliah Metode Penelitian atau Sistem Informasi Manajemen Pendidikan.

Dalam konteks inilah, disiplin dalam refleksi tugas menjadi sangat penting. Disiplin bukan sekadar menyelesaikan kewajiban tepat waktu, melainkan konsistensi mengolah pengalaman belajar menjadi refleksi tertulis. Teori Job Demand dan Job Resources menegaskan bahwa keterikatan kerja (work engagement) lahir dari keseimbangan antara tuntutan dan sumber daya. Sementara Wenger lewat community of practice maupun Vygotsky dengan social learning-nya menegaskan pentingnya interaksi sosial sebagai arena belajar. Dalam Islam pun ditegaskan, "Apabila suatu urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, tunggulah kehancurannya" (HR. Bukhari). Tanpa disiplin, baik mahasiswa maupun dosen terjebak dalam rutinitas tanpa makna. Sayangnya, realita menunjukkan adanya gap: banyak dosen pun enggan jika kuliah dijadwalkan di jam-jam awal. Akibatnya, tugas dianggap formalitas, bukan ruang refleksi. Artikel ini bertujuan mengajak semua pihak melihat pentingnya disiplin dalam refleksi tugas, bukan sekadar rutinitas administratif. Berikut  Pilar Disiplin Dalam Refleksi Tugas:

Pertama: Konsistensi dalam Penulisan; Mahasiswa yang disiplin menulis esai secara konsisten melatih diri untuk berpikir sistematis. Konsistensi ini bukan hanya mengasah keterampilan menulis, tetapi juga memberi peluang teman sekelas untuk memberi tanggapan yang lebih bermakna. Semakin rutin refleksi dilakukan, semakin kaya pula bahan diskusi yang lahir.

Kedua: Keteraturan Sebagai Fondasi Feedback; Feedback yang sehat lahir dari keteraturan. Jika mahasiswa mengumpulkan tugas secara acak, maka komentar teman akan bersifat dangkal. Sebaliknya, keteraturan menciptakan ritme akademik yang membuat proses belajar lebih dialogis. Disiplin di sini berarti membuka ruang bagi orang lain untuk ikut serta menilai, bukan hanya menunggu penilaian sepihak dari dosen.

Ketiga: Disiplin Waktu dan Ruang Refleksi; Mengumpulkan tugas tepat waktu hanyalah langkah awal. Lebih penting adalah memberi ruang bagi refleksi. Dalam teori work engagement, waktu yang dialokasikan dengan disiplin meningkatkan kualitas keterlibatan. Mahasiswa tidak sekadar berlari mengejar deadline, tetapi menyiapkan diri untuk mengendapkan gagasan, membaca ulang, dan membuka diri pada kritik.

Keempat: Kolaborasi dalam Komunitas Belajar; Wenger menyebutnya sebagai community of practice. Disiplin dalam refleksi tugas menghidupkan komunitas belajar: mahasiswa saling membaca, menanggapi, dan memperkaya tulisan teman. Dalam Islam, Rasulullah mengajarkan ukhuwah, bahwa seorang mukmin dengan mukmin lainnya ibarat bangunan yang saling menguatkan (HR. Bukhari-Muslim). Disiplin menjembatani refleksi individu dengan kolaborasi kolektif.

Kelima: Integritas Akademik dan Pertumbuhan; Disiplin dalam refleksi juga menjadi benteng integritas akademik. Plagiarisme sering muncul ketika tugas dianggap beban. Namun, mahasiswa yang terbiasa menulis secara konsisten dan reflektif akan lebih menghargai proses. Dari sinilah lahir pertumbuhan akademik yang berkelanjutan: mahasiswa berani jujur melihat kelemahan, sekaligus percaya diri mengakui kekuatan.

Disiplin dalam refleksi tugas bukan perkara teknis semata, tetapi fondasi untuk menciptakan mutu akademik. Tanpa disiplin, refleksi menjadi rutinitas kosong. Dengan disiplin, refleksi berubah menjadi dialog kritis yang menumbuhkan integritas dan kolaborasi. Rekomendasi bagi pemangku kepentingan pendidikan: 1) Dosen perlu memberi contoh disiplin, termasuk konsistensi dalam memberi umpan balik; 2) Mahasiswa harus memandang tugas sebagai ruang refleksi, bukan beban administratif; 3) Institusi dapat merancang sistem evaluasi yang mendukung keteraturan dan memberi ruang bagi feedback sejawat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline