Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Said Widodo

Peneliti dan Penulis Sejarah dan Budaya

Candi Borobudur Pusat Harmoni Musik Dunia

Diperbarui: 16 Mei 2021   23:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: M. Dwi Cahyono

Sejarah Singkat Candi Borobudur

Candi Borobudur bersama Candi Mendut dan Candi Pawon, merupakan tempat yang digunakan untuk perayaan Waisak, sebuah acara ritual agama Buddha. Pendapat ini dicatat dalam Rapporten van den Oudheidkundige Dienst in Nederlandsch Indie (ROD). Disebutkan, terdapat beberapa candi bercorak Hindu dan Buddha di sekitar Candi Borobudur.

Candi Borobudur diketemukan kembali berkat informasi yang diterima oleh Tan Djin Sing, yang kemudian disampaikan pada Luitenant Gouvernor General Thomas Stamford Bingley Raffles (1811-1816), yang kemudian memerintahkan seorang insinyur berkebangsaan Belanda yang bernama Hermanus Christiaan Cornelius untuk mulai meneliti Candi Borobudur.

Tan Djin Sing (1760-1831) adalah seorang kapiten (wijkmeester) Tionghoa di Kedu (1793-1803) dan Yogyakarta (1803-1813). Atas jasanya dalam membantu Inggris menggulingkan Sultan Sepuh dan mengangkat Sultan Hamengkubuwana III (ayah Pangeran Diponegoro) ke tahta, ia diangkat sebagai bupati (Bupati Nayoko) pada tanggal 18 September 1813 oleh Thomas Stamford Bingley Raffles dengan gelar Kanjeng Raden Tumenggung Secadiningrat. Dengan demikian, ia menjadi cikal bakal salah satu dari tiga keturunan Tionghoa di dalam lingkungan Keraton Yogyakarta, yaitu Trah Secodiningrat, sementara dua keturunan lain adalah Trah Honggodrono dan Trah Kartodirjo.

Johannes Gijsbertus de Casparis, seorang filolog dari Belanda menemukan dan membaca prasasti Karang Tengah dan Kahuluan, bahwa Candi Borobudur yang megah ini didirikan oleh Raja Samaratungga sekitar tahun 824 M. Beliau adalah Raja Mataram kuno dari Dinasti Syailendra. Kemudian pembangunan diteruskan oleh puterinya Ratu Pramudawardhani, total selama 50 tahun lebih. Arsitek Utamanya adalah Gunadharma. Nama terakhir diabadikan namanya dalam perguruan tinggi ternama di Jabodetabek, yaitu Universitas Gunadharma dan difilm-sinetronkan di sebuah televisi swasta nasional.

Sumber Wikipedia dan Tirto.id menyebutkan, bahwa Candi Borobudur mulai dibangun pada tahun 750/770 Masehi dan diselesaikan pada tahun 825/850 Masehi. Gaya arsitektur berupa stupa dan candi yang berada di Kecamatan Borobudur, sekitar 3 km dari Kota Mungkid, ibukota Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Sistem struktur piramida berundak dari susunan blok batu andesit yang saling mengunci (interlock). Ukuran luas dasar 123 × 123 meter, tinggi kini 35 meter, tinggi asli 42 meter (termasuk chattra). Tersusun lebih dari 2 juta blok batu, candi ini juga berhias 1.460 panil relief cerita dan 1.212 panil relief dekoratif dengan nilai histori yang kental.

Candi Borobudur terpahat relief cerita yang dimulai dari tingkatan Kamadhatu (kaki candi) hingga Rupadhatu (badan candi). Empat kelompok relief cerita:

  1. Karmawibhangga,
  2. Jataka-Avadana,
  3. Lalitavistara,
  4. Gandawyuha.

Sumber: Wikipedia

Sumber: Wikipedia

Relief-relief Manusia, Hewan dan Tumbuhan Pada Candi Borobudur

Pada relief Candi Borobudur terdapat relief-relief manusia, hewan, tumbuhan, alat-alat (termasuk alat-alat musik).

Relief manusia terdiri dari raja, permaisuri, putera mahkota (pangeran), puteri, dayang-dayang, pemain musik dan lain sebagainya dari berbagai latar belakang pekerjaan/profesi, pangkat, jabatan dan status lainnya.

Sumber: Cahyo Rahmadi dan Tim

Relief hewan (fauna) terdiri dari berbagai jenis, antara lain: anjing kampung (Canis lupus familiaris), babi celeng (Sus scrofa), bajing hitam (Callosciurus nigrovittatus), bajing kelapa (Callosciurus notatus), binturung muntu (Arctictis binturong), gajah jawa (Elephas maximus borneensis), garangan jawa (Herpestes javanicus), harimau loreng (Panthera tigris), jelarang hitam (Ratufa bicolor), kelinci tengkuk-cokelat (Lepus nigricollis), kerbau ternak (Bubalus bubalis), kijang muncak (Muntiacus muntjak), kuda ternak (Equus caballus), linsang linsang (Prionodon linsang), lutung budeng (Trachypithecus auratus), monyet kra (Macaca fascicularis), musang luwak (Paradoxurus hermaphroditus), pelanduk peucang (Tragulus javanicus), rusa timor (Rusa timorensis), sero ambrang (Aonyx cinereus), singa asia (Panthera leo persica), tikus hutan (Tikus hutan), trenggiling peusing (Manis javanica).
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline