Lihat ke Halaman Asli

Ahlis Qoidah Noor

Educator, Doctor, Author, Writer

Teman Rasa Sahabat

Diperbarui: 14 September 2018   18:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: PExels

Rita serba salah siang itu. Kacamatanya yang besar tak sanggup menutupi matanya yang resah gelisah. Hampir setiap beberapa menit dia harus tarik nafas untuk menenangkan fikirannya. Dia tak habis fikir bagaimana mungkin dia berperilaku seperti remaja belasan tahun? Meskipun usianya menginjak 28 tetapi dia masih jomblo dan ingin fokus ke pekerjaanya. Ada banyak yang mencoba mendekatinya tetapi dia merasa belum ada chemistry untuk memulai sebuah hubungan yang serius.

" Sudah lama menunggu saya ", kata seseorang mengagetkan lamunan Rita . Rita melongok. Di hadapanya telah duduk Tristan, lelaki yang dikenalnya di toko buku. Rita baru saja hendak membayar buku yang akan dibelinya ketika tiba-tiba seseorang menghampiri dan ingin berkenalan di dekat kasir. Karena merasa tak pernah kenal dia mendiamkan saja sampai mbak yang di kasir mengingatkan.

" Saya Rita, bekerja di seberang toko ini ", jawab Rita bergegas ke kantornya selepas membeli buku. Rita memang hobby membaca novel dan juga kumpulan puisi. Meskipun dia bekerja di sebuah bank tetapi hobi sejak kecil itu tidak menghalangi dia untuk melanjutkannya.

Tristan mengambil tempat duduk di sampingnya. Taman tempat mereka bertemu itu juga banyak terdapat penjual kaki lima. Ada beragam masakan tersedia.

" Mau makan apa ?", Tristan menawari sambil menatap mata Rita. Rita hanya tesenyum sambil menyerahkan pilihan kepadanya.

Sambil menunggu makanan, Rita kembali mengingat bagaimana dia bisa sampai saat ini duduk di taman bersama Tristan.

Segera setelah Rita membawa buku ke tempatnya bekerja, Tristan datang menyusulnya. Kebetulan waktu itu masih jam istirahat.  Tiga puluh menit mereka habiskan untuk berkenalan. Akhirnya mereka janjian bertemu di taman kecil itu pada hari berikutnya yang kebetulan Car Free Day. Hari libur mereka juga.

" Ini ada tahu gimbal dan es jeruk", Tristan membawa satu nampan isi dua porsi tahu gimbal.

Agak kaku juga Rita ketika harus makan berdua. Ini pertama kalinya di makan siang dengan seorang pria yang baru di kenalnya. Diantara makan siang hanya terselip dialog kecil yang tak penting sekedar membuat suasana tak kaku dan tak dingin saja. Rita tak terbiasa makan sambil mengobrol. Dia takut tersedak dan takut membuat gerakan yang gak nyaman karena makan sambil mengobrol.

Selesai makan barulah mereka melanjutkan obrolannya. Tidak banyak yang diceritakan Rita karena dia bukan tipe perempuan latah yang sok akrab dan mengumbar cerita untuk menarik perhatian lawan jenis. Tristan justru yang banyak cerita tentang kegiatanya dan juga pekerjaannya.

Satu hal yang Rita suka adalah sense of humour Tristan yang sangat tinggi sekali. Sampai membuat Rita tergelak-gelak dibuatnya. Maka cairlah suasana itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline