Mohon tunggu...
Ahlis Qoidah Noor
Ahlis Qoidah Noor Mohon Tunggu... Guru - Educator, Doctor, Author, Writer

trying new thing, loving challenge, finding lively life. My Email : aqhoin@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Teman Rasa Sahabat

14 September 2018   18:18 Diperbarui: 14 September 2018   18:31 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Angin berhembus agak kencang walaupun udara masih cukup panas. Pohon --pohon yang rindang di taman itu menghalangi sinar matahari langsung mengenai kulit. Terlihat anak-anak kecil berlari-larian di sekitar tempat Rita dan Tristan duduk.

" Mohon maaf, aku sudah punya anak, dua, laki-laki dan perempuan ", kata Tristan tiba-tiba. Rita tak berusaha terkejut karena usia Tristan memang tak muda lagi. Mungkin sekitar 38 tahun, terpaut 10 tahun dari usianya. Tapi dia tampak 5 tahun lebih muda dari usia yang sebenarnya. Mungkin karena suka humor yang membuat dia awet muda . Wajahnya juga membuat dia bisa menyembunyikan umur. Bibirnya tipis, ada lekuk tipis di pipinya,  teramat halus untuk ukuran pipi seorang pria. Berambut halus agak memanjang di poni dan sedikit botak ketika tersingkap oleh angin siang itu. Rita tak sengaja mengamati Tristan ketika dia bercerita panjang lebar tentang dia dan ke dua anaknya.

Rita tak meminta dia bercerita tentang istrinya, tetapi Tristan keburu menginformasikan bahwa dia duda setahun yang lalu.Istrinya meninggal karena sakit. Rita hanya diam manggut-manggut. Ah, dia duda keren. Pasti banyak cewek atau mama muda yang suka sama dia. Rita mencoba menebak semua apa yang difikirkannya ketika Tristan mengatakan bahwa dia bukan tipe yang suka bermain setelah pekerjaan kantor usai. Apakah dia sedang memberikan kesan baik? Ah, Rita tak mau ambil pusing dengan prasangkanya.

Tak terasa mereka sudah saling kenal selama satu bulan. Tidak banyak yang diceritakan Rita ke Tristan karena Rita memang pendiam terhadap masalah pribadi dan keluarganya. Kalau Tristan, aduh dia seperti story teller saja. Tapi dibalik itu semua kelihatannya Tristan mempunyai tujuan kenapa dia bercerita banyak-banyak.

Tidak selalu mereka bertemu , kadang hanya cerita yang didengar oleh Rita. Juga tidak selalu Rita punya waktu untuk mendengarkan cerita Tristan. Keduanya mengambil waktu yang pas saja.Rita tak pernah menyadari bahwa lambat laun Tristan sedang membawa area Rita ke arah Tristan.

Sore itu Tristan bercerita tentang calon istrinya ke Rita. Rita tak begitu antusias mendengar cerita itu, tetapi dia tetap mendengar sampai pada cerita yang menggelikan maka baru Rita tertawa. Baru saja mereka bertemu tetapi Tristan seperti membuat Rita menjadi konselornya. Maka Rita pun memposisikan diri sebagai apa yang diminta, tak lebih.

Di minggu yang lain Rita harus menerima telpon yang membuat dia tak bisa mengerjakan pekerjaan lain karena Tristan seperti memberondong dengan cerita yang tak ada habisnya tentang calon istrinya , kelebihanya, kecantikannya,kebaikannya. Ah Rita lama-lama jengah juga tetapi dia tetap mendengarkan, walaupun kupingnya semakin panas akibat ponsel.

Di minggu yang lain Tristan menelpon disertai calon istrinya dan Rita sempat sepatah dua patah kata mengobrol dengan wanita itu. Akhirnya Rita mengucapkan.

" Selamat menempuh hidup baru ya ?", kata Rita sambil riang gembira.

" Aku ikut senang kalau kamu senang , Tristan ", kata Rita suatu siang saat Tristan menghubunginya. Tetapi siang itu adalah siang yang sangat membuat Rita kaget , karena setelah tiga bulan mereka berhubungan ternyata Tristan justru memutus perempuan itu. Rita bertambah kaget karena di matanya perempuan itu cukup sempurna sebagai istri. Dia memperhatikan Tristan, anaknya dan juga keluarganya.

" Ah, aku tak suka cara dia mengontrol aku. Terlalu. Hampir semua klienku ditanyakan nomornya, dia juga setiap beberapa hari mengecek HP ku. Aku jadi tak punya privasi lagi. Meskipun dia baik tetapi itu sangat mengganggu pekerjaanku ", kata Tristan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun