Lihat ke Halaman Asli

AGUS WAHYUDI

TERVERIFIKASI

setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Dulu Keluarga Miskin, Kini Jadi Jutawan dari Limbah Eceng Gondok

Diperbarui: 25 Oktober 2019   19:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wiwit Manfaati. foto: dokumentasi pribadi

Wiwit Manfaati berjalan mengitari ruangan. Ia datangi satu per satu mereka yang sibuk menyulam taplak meja. Mempraktikkan pelajaran yang diberikan. Sesekali, ia ambil bahan yang disulam, lalu membetulkan dan merapikan melalui jarum sulam yang digunakan.

"Tekuk dulu, lalu masukkan jarumnya. Gak usah terburu-buru," begitu Wiwit memberi instruksi kepada orang yang mulai lancar menyulam.

Siang itu, Wiwit Manfaati lagi ngajar di Lingkungan Pondok Sosial (Liponsos) Keputih Surabaya. Dia dibantu suaminya, Supardi. Liponsos dihuni penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS). Mereka yang "dibuang" oleh keluarganya.

Wiwit memberikan pelatihan membuat berbagai barang kerajinan. Mulai dari keset, handuk, taplak meja, mukena, dan bros. Barang yang sudah jadi terlihat bagus. Layak jual.

Pelatihan kepada para penghuni sudah berlangsung sejak 2012. Biasanya diikuti 25-35 penghuni. Tidak semua bisa ikut. Hanya yang sudah terlihat sembuh dan mendapat klasifikasi dari pembimbingnya.

Yang membanggakan, hasil kerajinan penghuni Liponsos Surabaya ini telah menghasilkan uang tabungan jutaan rupiah. Itu didapat dari penjualan berbagai macam barang yang diproduksi mereka.

Barang-barang kerajinan itu dijual ke pengunjung, dipamerkan di sentra seperti di Sentra UKM MERR dan Sentra UKM Balai Kota Surabaya. Tabungan dipakai untuk rekreasi dan makan-makan. Biasanya diadakan 2-3 bulan sekali

Butuh kesabaran lebih mengajarkan para penghuni Liponsos ini. "Mereka sering ngomel sendiri. Kadang tidak fokus," cetus Wiwit.

Demi keamanan, tiap selesai pelatihan, peralatan seperti gunting dan jarum wajib dikembalikan ke mentornya, sebelum mereka kembali ke barak untuk beristirahat.

Tahun 2019, Liponsos Keputih dihuni 1.549 orang. Rinciannya, 1.316 penderita psikotik, 211 gelandangan/pengemis (gepeng), 8 anak jalanan, 12 wanita harapan dan 2 waria. Mayoritas penghuni Liponsos berasal dari luar Surabaya. Pemerintah Kota Surabaya menampungnya atas nama kemanusiaan.

Para penghuni Liponsos ditampung di lima bangunan yang disesuaikan dengan klasifikasi masing-masing. Untuk melayani ribuan mereka, pengelola Liponsos memekerjakan 55 orang. Rinciannya, 5 juru masak, 22 tenaga keamanan, 8 petugas kebersihan, 6 petugas administrasi dan 14 tenaga pendamping.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline