Lihat ke Halaman Asli

AGUS WAHYUDI

TERVERIFIKASI

setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Kisah Pengusaha Ecoprint Pulihkan Trauma Masa Lalu

Diperbarui: 18 Oktober 2019   13:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Narsih Setyawan. Foto: akusurabaya

Membawa tas jinjing dan tas ransel. Isinya beberapa helai kain ecoprint. Produk-produk itu sempat dipamerkan ke beberapa mentor Pahlawan Ekonomi Surabaya. 

"Saya pulang ke Jogja, hari ini. Jadwal keretanya sore, sih. Berangkat dari Stasiun Gubeng. Masih empat jam lagi," ucap Narsih Setyawan atau karib disapa Bunda Awang saat saya temui di Kaza City Mall, beberapa waktu lalu.

Perempuan kelahiran Surabaya, 25 Agustus 1976 ini, adalah pengusaha ecoprint. Bahkan layak disebut pelopor ecoprint di Indonesia. Sudah ribuan karya ecoprint dihasilkan dari tangan dinginnya. Dan dia tak hapal berapa banyak ecoprint buatannya dibeli orang-orang ternama.         

Di tempat pelatihan Pahlawan Ekonomi, Narsih sempat berdiskusi panjang dengan Wiwit Manfaati, pengusaha kerajinan eceng gondok. Dari membicarakan pola, model pewarnaan, meracik bahan, dan masih banyak lagi. Wiwit tertarik dan berniat mengajak Narsih membuat pelatihan di Surabaya.   

Narsih datang ke Surabaya sendirian. Selain mengunjungi pelatihan Pahlawan Ekonomi, dia juga nyambangi ke Rumah Bangkit di Simo Jawar, tempat belajar untuk anak-anak kurang mampu yang dirintisnya sejak tahun 2015.  

Narsih kini tinggal di Jogjakarta. Di sana, dia membuka kelas pelatihan ecoprint. Banyak perajin ecoprint baru dilahirkan dari bimbingannya. Dari dedikasinya, Narsih kerap kali diundang menjadi pembicara di seminar dan pelatihan. Dia juga menjadi narasumber talk show beberapa stasiun televisi swasta.    

Narsih awalnya bekerja di pabrik furniture di Pasuruan. Karirnya meroket hingga diangkat menjadi manager pemasaran. Narsih kemudian resign dan merintis bisnis batu bara. Bisnisnya sempat berkembang cukup bagus. Hasilnya sempat ia wujudkan dengan membeli properti.

Beberapa tahun kemudian, bisnis batu bara Narsih mengalami goncangan. Bahkan kecenderungannya makin layu. Hal serupa juga dialami banyak pengusaha batu bara di Indonesia. Narsih pun memilih menutup usahanya.  

Tahun 2016, Narsih iseng belajar ecoprint. Teknik memberi pola pada bahan atau kain menggunakan bahan alami. Belajar otodidak. Narsih tak risih mengumpulkan dedaunan untuk kemudian disulap menjadi pewarna alami sekaligus pencetak kain yang unik.   

Dari hobi menjadi bisnis. Karena karyanya kini menghasilkan pundi-pundi rupiah. Narsih serius menjadi pengusaha ecoprint sejak 2017. Dilabeli Kain Kagunan. Berbagai pameran diikuti. Namanya pun makin meroket.

Belakangan, ketika ecoprint lagi booming, pada 15 September 2019, Narsih tiba-tiba menyatakan mengundurkan diri dari dunia pelatihan ecoprint Indonesia. Dia tidak menyebutkan alasan secara spesifik. Hanya meminta maaf kepada pelaku usaha di dunia crafter Indonesia..

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline