Lihat ke Halaman Asli

Agustinus Gereda Tukan

TERVERIFIKASI

Penulis

[Novel] Musamus Tubuh Kecil Jiwa Besar, Episode 41-42

Diperbarui: 21 Agustus 2025   17:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cover Novel Musamus Tubuh Kecil Jiwa Besar (Dokumentasi Pribadi)

Rawari Bangkit

Pagi itu, kabut belum sepenuhnya mengangkat tirainya dari atas rawa. Embun masih menggantung di ujung daun ketapang, dan angin belum berani meniup suara. Kampung kecil di atas lumpur, Hati Lumpur, mematung dalam keheningan setelah ketegangan serangan semut merah kemarin.

Namun, bukan ketakutan yang menetap di sana. Di balik dinding-dinding kayu yang belum rampung, di bawah atap palem yang belum sempurna, sebuah getar halus tumbuh perlahan: keberanian.

Musamus berdiri di tepi jembatan kayu bus yang baru semalam mereka sambung dengan kerja lembur. Mata kecilnya menatap lumpur yang mulai mengering. Lalu ia menoleh pada Nyuwa yang sedang merangkai pelepah palem menjadi anyaman dinding.

"Rawa tak pernah benar-benar diam, ya, Nyuwa?" bisik Musamus lirih.

Nyuwa mengangguk pelan. "Ia diam hanya untuk menyimpan tenaga. Saat ia bergerak, semuanya ikut bangkit."

Tak lama, dari balik akar-akar bakau, terdengar riuh. Udinga si udang meloncat cepat ke daratan, tubuhnya berlumpur namun matanya berbinar.

"Musamus! Rawari bangkit!"

Musamus memicingkan mata. "Rawari? Benarkah? Kau yakin dia sadar?"

"Ia lebih dari sekadar sadar," kata Udinga dengan napas tersengal. "Ia sedang memanggil semua penghuni rawa. Katanya, sudah terlalu lama kita menunggu keajaiban, padahal kita sendiri yang bisa menjadi keajaiban itu."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline