Lihat ke Halaman Asli

Agustan Ogut

A Father, Teacher, Reader, Writer

Lokakarya Komunitas Belajar 2 Program Sekolah Penggerak Angkatan 3

Diperbarui: 9 Maret 2024   21:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: Dokpri

Lokakarya merupakan salah satu kegiatan pendampingan bagi Program Sekolah Penggerak (PSP) yang dilaksanakan oleh Balai Besar Guru Penggerak (BBGP) melalui fasilitator sekolah penggerak di daerah masing-masing.

Lokakarya merupakan forum berkumpulnya pengawas sekolah, kepala sekolah, dan perwakilan guru dalam PSP. Kegiatan lokakarya ini dibimbing langsung oleh Fasilitator Sekolah Penggerak (FSP) angkatan 3.

Materi lokakarya kali ini adalah komunitas belajar 2. Materi ini merupakan lanjutan dari materi sebelumnya yaitu komunitas belajar 1.

Kami yang tergabung pada Wilayah Kota Palopo dan Kabupaten Luwu untuk jenjang SMP difasilitasi langsung oleh Fasilitator kami, Bapak Suardi, S.Pd.,M.Pd. Beliau mendampingi kami belajar selama kurang lebih delapan jam pelajaran (8 JP).

Seperti biasa, sebelum memasuki materi lokakarya, kegiatan dibuka oleh pejabat setempat. Kepala dinas pendidikan kota palopo yang diwakili Kabid pembinaan SD membuka kegiatan tersebut.

Dalam kegiatan juga hadir perwakilan BBGP Sulsel, bapak Dr. Sukimin Suhlian. Beliau menyampaikan bahwa Kurikulum Merdeka (KM) hadir untuk mengarahkan sekolah bertaraf dunia (world class school). Sekolah dengan penerapan KM terbaik maka akan membentuk pola kerja untuk bergerak hingga dapat bersaing di tingkat dunia.

Materi kombel 2 cukup menarik. Fasilitator kami, Pak Suardi menyampaikan bahwa kombel tempat berefleksi bagi bapak ibu guru di sekolah. Refleksi menurut beliau sangat penting. Refleksi membahas kendala atau kesulitan yang dihadapi pendidik untuk diperbaiki. Demikian juga, dalam refleksi, hal yang sudah baik dilakukan oleh pendidik akan ditingkatkan lagi.

Sumber gambar: Dokpri

Peserta kombel di sekolah perlu tetap memegang teguh nilai yang dapat menjadi semangat dan pemersatu bagi peserta kombel. Nilai tersebut tidak lain merupakan falsafah orang bugis atau kearifan lokal orang bugis yaitu Sipakatau, Sipakalebbi, dan Sipakainge, yang berarti Saling menghormati, Saling mengahargai, dan Saling mengingatkan.

Lanjut, beliau mengatakan bahwa kombel itu ruhnya Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM). Di dalam kombel mengajarkan kejujuran. Pendidik tidak perlu ragu mengungkapkan kendala atau kesulitan yang dihadapi dalam penerapan KM dan dalam pembelajaran. Dalam kombel, juga mengajarkan keterbukaan diri untuk saling berbagi praktik baik dan menemukan solusi bersama.

Kombel akan membentuk budaya akademik. Di dalam kombel, pesertanya sama-sama memposisikan diri sebagai pelajar atau orang yang mau belajar bersama. Pengawas sekolah dan kepala sekolah, ketika berada di dalam Kombel, semua posisinya sama, yaitu sama-sama butuh belajar. Kegiatan belajar dalam kombel akhirnya dapat menjadi budaya belajar.

Di dalam kombel, yang juga perlu di bangun adalah etika pendidik. Etika yang dimaksud tidak lain adalah spirit, kreatifitas, dan kesadaran pendidik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline