Lihat ke Halaman Asli

Bolehkah Lisal Saya Masukkan Dalam Sastra Bumi?

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ketika membaca tulisan Damar Juniarto berjudul “Ditulis Asal-asalan dan Meracau Bisakah Disebut Puisi?”, saya tergelitik pada Lisal akronim dari tulisan asal-asalan. Sekilas akronim tersebut seperti “main-main” dan tidak serius. Namun seperti yang juga diakui olehDamar Juniarto, Lisal Sulis Gingsul jauh dari kesan asal-asalan.

Saya lebih tertarik dengan Lisal meski Lisal juga bagian dari puisi itu sendiri. Hal ini karena Lisal, kalau tidak salah, ya memang sekedar tulisan asal-asalan. Sesuka hati penulisnya, tidak dibatasi oleh aturan tertentu. Semangat yang dibangun oleh Lisal adalah setiap orang bisa menulis puisi. Ya setiap orang tanpa terkecuali.

Lisal masuk dalam Sastra Bumi?

Ketika saya menulis tulisan berjudul “Fiksiana : Dari Sastra Langit Ke Sastra Bumi”, saya tidak menduga sebelumnya akan mendapat respon dari pembaca yang lumayan baik, juga dari admin. Semangat yang ingin saya bangun sebenarnya adalah setiap orang bisa menulis apa saja termasuk fiksi atau sastra. Ditambah era teknologi informasi seperti sekarang ini. Setiap orang bisa menikmati begitu mudahnya mempublikasikan sebuah tulisan. Ya, siapapun berpeluang menjadi penulis terkenal.

Ternyata semangat Lisal juga setali tiga uang dengan semangat sastra bumi. Jadi saya memasukan Lisal dalam bagian sastra bumi. Ini bukan sok-sokkan atau apa. Bukankah sesuatu yang baru dalam tulisan akan menyegarkan pembacanya? Bentuk-bentuk baru biasanya akan lebih menarik daripada sesuatu yang telah lama ada.

Untuk istilah lain seperti ceracau atau yang lainnya, saya belum berani membahasnya karena saya merasa belum mampu untuk sampai ke arah sana.

Dari Lisal yang kalau tidak salah akronimnya ditemukan oleh Sulis Gingsul, saya jadi lebih gamblang tentang ciri utama sastra bumi, yaitu :

1.Mudah membuatnya

Ya untuk membuat lisal sangat mudah. Tulisan asal, mudah bukan?

2.Siapapun bisa membuatnya

Poin pertama membuat siapapun bisa membuatnya.

3.Semangat untuk mengajak setiap orang untuk menulis

Dengan kemudahan dan kebersamaan setiap orang itu, maka akan membangkitkan semangat menulis bagi setiap kalangan

Di bawah ini saya kutipkan Lisal dari beberapa Kompasianer : Sulis Gingsul, Singgih Swasono, dan saya yang baru mencobanya.

Mari menulis Lisal, mari mengembangkan sastra bumi!

Salam Kompasiana!

Banyumas, 23 Desember 2011

Agus Pribadi

Puisi Sederhala

Lisal Sulis Gingsul

aku mencintai hal-hal sederhana:
bunga, kicauan burung, senyummu,
dan mimpi-mimpi kita

tak ada yang istimewa di dunia ini
bunga bermekaran kemudian layu
telur menetas kemudian burung berkicau
kau tak akan pernah kehabisan senyum
dan mimpi-mimpi selalu tersedia

aku mencintai hal-hal sederhana itu
untukmu, semoga cukuplah kutuliskan semuanya
di dalam puisi yang sederhana.

Sambel Uleg
Lisal Singgih Swasono

Ku tadi pagi, yaa…pagi itu lepas Shubuh,
ku pergi ke Pasar, bertemu cabe merah,
ku beli setengah, hatiku bungah.

ku berjalan di lorong, tengah
mencium bau trasi, mentah
minta bonus, garam setengah.

kala ku lihat, jengkol dan pete beli setengah
hidup penuh hikmah, siang ini makan penuh berkah
terbayang tadi malam, terengah-engah.

sampai rumah sapa istri, semringah
ambil pete dan jengkol, setengah
uleg cabe trasi garam, terengah-engah.

sambal uleg taruh meja, tengah
cocol jengkol, pete sambal uleg, setengah
keringat, nikmat membasah
Teringat, desah-desah……….

Purwokerto, 19 Desember 2011

Tiga Huruf
Lisal Agus Pribadi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline