Lihat ke Halaman Asli

Agung Han

TERVERIFIKASI

Blogger Biasa

Boleh Sayang Anak Tapi Jangan Berlebihan

Diperbarui: 8 Agustus 2017   19:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumentasi pribadi

Bergaul dengan orang tua murid di sekolah anak, membuka wawasan bagaimana sebaiknya menerapkan sikap sayang pada anak. Latar belakang keluarga yang berbeda beda, membuat anak tumbuh dengan kekhasan masing masing.

Ada ayah seorang tentara, menuntut anaknya bersikap disiplin dan tegas dalam bersikap. Ada ibu yang  gemar mendesign pakaian, tak heran kalau penampilan dan baju dipakai anaknya sangat diperhatikan. Ada pula ayah yang pemimpin agama, si anak terlihat menonjol dalam bacaan kita suci dan hapal doa doa panjang, begitu seterusnya dan seterusnya.

Diantara sekian banyak orang tua murid, ada yang membuat saya dan istri membatin pada hal yang sama. Karena istri sudah kenal baik, tak terlalu sulit mengetahui background ibu yang baik hati ini.

Konon orang tua murid yang kami kenal ini. berasal dari keluarga yang berkekurangan. Orang tuanya memiliki tujuh anak, dengan jarak kelahiran yang cukup rapat. Ayah dan ibunya bertenaga kecil, tinggal di rumah sempit berbagi ruang dengan barang dimiliki.

Si ibu adalah anak tengah, artinya punya saudara tua di atasnya dan ada adik di bawahnya. Bagaimana kerepotan semasa kecil dialami, ikut momong adik selepas sekolah dan membantu pekerjaan rumah.

Setelah dewasa dan menikah dengan lelaki pilihan, penganten baru memutuskan tinggal terpisah dengan orang tua. Menempati sebuah rumah petak, berbaur dengan penghuni rumah petak lain dari berbagai daerah.

Suami istri dari keluarga kebanyakan, tak terlalu kesulitan beradaptasi dengan lingkungan. Sebagai pribadi murah senyum, penghuni sebelah petakan menerima kehadiran pasangan ini dengan hati terbuka.

Berkat ketekunan dan kerja keras, suami pindah tempat kerja dan mendapatkan karir cemerlang. Taraf perekonomian mulai menanjak, hingga bisa pindah dan membeli tempat tinggal sendiri.

Pada sisi yang lain ada kisah pilu, pada awal pernikahan kebahagiaan suami dan istri pernah diuji. Setengah tahun usia pernikahan, janin yang baru berusia enam minggu mengalami keguguran. Tak mau berlarut dalam kepedihan, lewat satu tahun pernikahan kembali hamil dan mengalami hal serupa.

Kesedihan beruntun tak menyurutkan semangat, memasuki tahun ketiga pernikahan kembali hamil. Pada kehamilan ketiga, pasangan bahagia pindah ke rumah yang lebih nyaman.

Bak mendapat durian runtuh, diagnosa dokter menyatakan bahwa si ibu sedang mengandung bayi kembar. Bagai menebus duka sebelumnya, kabar gembira disambut dengan penuh suka cita.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline