Lihat ke Halaman Asli

Agil Septiyan Habib

TERVERIFIKASI

Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Dipecat karena Melanggar Filosofi Organisasi pada Kesempatan Pertama, Tepatkah?

Diperbarui: 23 Juni 2021   10:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi tim kerja| Sumber: imtmphoto via hai.grid.id

Seorang teman berkisah perihal salah seorang rekan di tempat kerjanya yang beberapa waktu sebelumnya harus rela statusnya sebagai pekerja tidak lagi diperpanjang. Meski sebenarnya pemutusan kontrak kerja tersebut lebih bisa disebut sebagai pemecatan secara tidak langsung. 

Gara-garanya bukan karena masalah kinerja yang buruk atau ketidakmampuan menjalankan tugas dan tanggung jawab sebagai kepanjangan tangan pihak manajemen. 

Melainkan karena satu kelalaian yang dianggap oleh salah seorang pimpinan telah mencederai filosofi yang dianut perusahaan atau landasan dasar organisasi.

Tidak ada surat peringatan. Tidak juga ada teguran normatif sebagaimana layaknya seorang pekerja yang melanggar peraturan kerja. Langsung tidak diperpanjang statusnya sebagai pekerja pada momen assessment pengangkatan dirinya menjadi karyawan tetap.

Yang bersangkutan dianggap lalai karena mengabaikan aspek kejujuran dalam proses presentasi di momen krusial tersebut. Dalam pandangan sang atasan, rekan dari teman saya tadi dinilai tidak jujur dalam menampilkan materi presentasi yang sebenarnya merupakan perkara sepele. 

Entah keluguan atau berasumsi bahwa tindakannya bisa dimaklumi, tapi pada akhirnya justru hal itu membuatnya kehilangan pekerjaan.

Setiap organisasi umumnya memiliki landasan filosofis sebagai dasar pijakannya | Sumber gambar : www.linovhr.com

Menanamkan Nilai Filosofis

Keberadaan filosofi atau landasan etika organisasi menjadi acuan dalam melangkah dan menentukan sikap. Saat ada sebuah tindakan dari seorang pelaksana organisasi yang bertentangan dengan nilai filosofis yang ada maka hal itu akan dianggap sebagai bentuk pelecehan atau ketiadaan rasa hormat terhadap pilar penting organisasi.

Sehingga siapapun yang melanggarnya harus diberikan konsekuensi yang sepadan. Aturan ini dipandang sama berlaku pada setiap orang, baik orang lama ataupun baru. Ketika ada orang lama yang tidak menghormati nilai filosofis organisasi maka pintu keluar akan dibiarkan terbuka lebar untuknya.

Sementara bagi orang baru pun juga tidak ada ampun. Meskipun seharusnya bagi mereka yang belum benar-benar memahami nilai-nilai organisasi dirasa tidak sepatutnya menerima perlakuan seperti itu. 

Setidaknya mereka harus diberi kesempatan kedua untuk belajar terhadap kesalahan apa yang mereka lakukan perihal pelanggaran terhadap aspek penting organisasi tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline