Lihat ke Halaman Asli

Agil Septiyan Habib

TERVERIFIKASI

Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Mengancam adalah Bagian dari Cara Memotivasi?

Diperbarui: 28 September 2019   08:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ancaman bisa memotivasi ? | Ilustrasi gambar : www.galamedianews.com

Pernahkah kalin diancam oleh seseorang? Dalam konteks apapun itu ancaman merupakan sesuatu yang sangat tidak nyaman untuk kita rasakan. Diancam oleh ibu kontrakan akan diusir karena belum bayar uang ngontrak, diancam pecat oleh bos karena melakukan kesalahan kerja, diancam akan dilaporkan kepolisi karena tidak bisa membayar hutang, dan lain sebagainya. 

Dalam skala ancaman yang tidak sampai menyakiti secara fisik, atau sebatas ancaman yang hanya memunculkan kekhawatiran batin saja, hal itu tetap saja menciptakan kondisi yang tidak mengenakkan. 

Resah, gelisah, khawatir, depresi, dan lain sebagainya barangkali akan dirasakan oleh sebagian orang yang mendapatkan ancaman dari orang lain. Namun tidak jarang ada juga orang-orang yang justru ketika mendapatkan ancaman malah semakin "termotivasi" melawan ancaman itu.

Seseorang yang terbelit hutang mendapatkan ancaman dari debt collector akan disita seluruh harta bendanya apabila tidak segera melunasi semua hutangnya dalam jangka waktu tertentu. 

Ancaman ini justru membuatnya bekerja lebih keras dari biasanya, mencari setiap peluang mendapatkan penghasilan lain, dan lain sebagainya. Ancaman yang diterima seseorang pada suatu saat akan "menyerang" otak "zona nyaman" manusia, yaitu otak reptil yang menjadi sumber resistensi. 

Resistensi membuat seseorang baru benar-benar bergerak saat ia berada dalam situasi kepepet. Dengan kata lain, salah satu stimulus untuk "membangkitkan" the power of kepepet adalah melalui pemberian suatu ancaman.

Hanya saja hal ini tidak selalu bisa berlaku efektif pada setiap orang. Pada beberapa orang mungkin pemberian ancaman akan berdampak positif, akan tetapi belum tentu bagi sebagian yang lain. Hal ini secara pribadi pernah saya alami saat masih berada di bangku sekolah dulu. 

Yaitu ketika guru mata pelajaran matematika "mengancam" saya tidak boleh mengikuti pelajarannya seiring ketidakhadiran saya pada salah satu jam tambahan belajar. 

Saat itu saya masih cukup "bermasalah" dengan pelajaran matematika karena ada banyak hal yang bisa saya pahami, dan banyak soal-soal yang belum bisa saya kerjakan. 

Momen mendapatkan ancaman dari sang guru itulah yang justru menjadi stimulus bagi diri saya bahwa pelajaran matematika ini harus saya dalami sendiri. Saya harus lebih keras belajar dan membuktikan pada guru itu bahwa saya bisa "menguasai" semua materinya. 

Percaya atau tidak, saat tiba ujian semester hasil tes dari mata pelajaran saya adalah yang tertinggi di kelas. Meskipun ada beberapa orang lagi yang mendapatkan ancaman serupa, namun tidak semuanya merasakan dampak yang sama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline