Lihat ke Halaman Asli

Haftar

Guru SMP Swasta, penikmat logika jernih, visioner

Cerita Politik (Cerpol): Bupati Tengku Amri Bukan Sahabatku Lagi

Diperbarui: 21 Juli 2020   10:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixy.org

Menjadi seorang pemimpin itu bukan berarti membalas jasa orang-orang yang telah membantunya mendapatkan kekuasaan. Karena dengan jalan itu seorang pemimpin telah menghidupkan pencurian uang rakyat secara berjamaah dengan mengatasnamakan kebijakan. Itu sama saja memadamkan harapan rakyat padanya. Karena pemimpin dipilih oleh rakyat. Maka pemimpin itu sejatinya pelayan rakyat.

Kadirun sangat palak pada teungku Amri. Sudah dua tahun teungku Amri mendapat amanah menjadi bupati. Akan tetapi belum ada terobosan-terobosan yang dapat membanggakan daerah ini menjadi daerah yang hebat. Sebagaimana yang telah dijanjikannya pada rakyat.  

Janji semasa kampanye dulu, yang ada diimplementasikannya adalah memberikan perbaikan rumah fakir miskin dan santuan kematian. Itupun hanya beberapa kegiatan yang terlaksana. Selebihnya hilang tidak jelas kemana rimbanya. Janji hanya tinggal janji. 

Padahal semasa kampanye dulu, teungku Amri semangat kali mengkampanyekan akan memperbaiki rumah fakir miskin, membuka lapangan kerja. Tapi sekarang, teungku Amri tak pernah membicarakannya lagi.

Kadirun sudah berkali-kali mengingatkan teungku Amri, supaya jangan terlalu muluk-muluk kali mengobral janji. Sebab janji adalah utang. Kalau utang tak dapat dibayar, maka di akhirat juga dituntut pertanggungjawabkannya. Untuk apa kita banyak beramal, banyak bersedekah. Tapi utang juga masih menumpuk. Begitu kira-kira nasehat Kadirun pada tengku Amri.

Teungku Amri paham betul itu, bahwa utang harus dibayar segera. Apalagi ia lulusan pesantren. Tapi setiap Kadirun mengingatkannya, banyak kali alasan teungku Amri.

Sangat disayangkan, teungku Amri lebih memperhatikan tim suksesnya daripada rakyat yang telah mendukungnya. Ia seakan lalai dan terlena dengan orang-orang disekitarnya  yang kebanyakan penjilat dan orang-orang yang suka angkat telor. Tanpa disadarinya ia terpenjara dengan orang-orang di sekelilingnya.

Selaku ia teman teungku Amri, semasa sama-sama berjuang membela nanggroe ini. Kadirun tidak henti-hentinya memberikan masukan pada teungku Amri tentang berbagai hal. Sebab selama mereka merasakan hidup di medan peperangan, berbagai harapan dan cita-cita mereka jadikan sebagai perekat persaudaraan diantara amereka berdua. 

Dari situlah mereka bertekad akan berusaha sekuat tenaga membantu rakyat nanggroe untuk lebih maju dan lebih hebat dalam berbagi aspek kehidupan. Sebagaimana yang telah ditorehkan dengan tinta emas oleh indatu mereka.

Makanya sampai teungku Amri menjabat Bupati, Kadirun tetap memberikan masukan pada teungku Amri. Selalu memberikan nasehat pada teungku Amri tentang amanah yang diembannya. Bagi Kadirun memberikan nasehat pada teungku Amri sudah menjadi keharusan.

Karena ia dan teungku Amri sudah seperti saudara kandung. Teungku Amri sudah menganggap Kadirun sebagai abangnya. Makanya berbagai permasalahan yang dihadapinya, teungku Amri sering meminta pertimbangan pada Kadirun.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline