Lihat ke Halaman Asli

Afa Fadila

Prodi : Pendidikan Islam Anak Usia dini

Teori Lev. Vygotsky

Diperbarui: 8 Mei 2021   23:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Lev Semenovich Vygotsky adalah cendikiawan dari negara Rusia. Vygotsky lahir di kota Orsha Rusia pada tahun 1896. Vygotsky banyak melakukan penelitian di bidang linguistik, bahasa, dan psikologi. Penilitian tersebut mengenai proses berpikir anak, yang dilakukan antara tahun 1920-1934. Pemikiran yang sangat terkenal dari Vygotsky dalam bidang filosofis yaitu mengenai "manusia dan lingkungan". Kemudia pemikirannya tersebut menjadi pelopor lahirnya teori baru konstruktivisme sosial, dengan arti membangun kognitif anak melalui interaksi sosial. Vygotsky merupakan ahli psikologi sekaligus teoritis kebudayaan. 

Semasa hidupnya yang singkat, Vygotsky menghasilkan banyak teori psikologi mengenai perkembangan intelektual, seperti teori peranan interaksi sosial dalam perkembangan kognitif, dialektia pikiran dan bahasa, serta perkembangan konsep dan daerah perkembangan. Teori-teori dari Vygotsky sangat berguna di bidang pendidikan untuk anak. Bagi Vyogtsky pendidikan merupakan teori mengenai transmisi kebudayaan dan teori perkembangan. Vygotsky tertarik untuk mengupas esensi dari serangkaian aktivitas bermakna di lingkungan sosial-kultural dalam mempengaruhi konstruksi kognitif individu. Sehingga pemikiran Vygotsky sering disebut dengan perspektif sosialkultural.

Asumsi dasar dari teori konstruktivisme sosial milik Vygotsky yaitu "What the child can do in cooperation today he can do alone tomorrow", dengan arti apa yang dilakukan atau dipelajari anak hari ini dengan berkerjasama  dapat dia lakukan secara mandiri di masa yang akan datang. Vygotsky berpendapat bahwa 'pelajar memiliki dua tingkat perkembangan yang berbeda, yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial. Pada tingkat perkembangan aktual terjadi saat individu telah mandiri dalam menggunakan kemampuan kognitif secara fungsional. Sedangkan perkembangan potensial merupakan tingkatan kognitif yang dapat dicapai anak melalui bantuan dari orang dewasa seperti orang tua, dan guru maupun teman sebaya yang lebih kompeten. 

Melalui asumsi tersebut, Vygotsky menyarankan kepada pendidik untuk berkolaborasi dengan peserta didik dan memfasilitasi anak dalam membangun pengetahuannya melalui peroses tanya jawab (diskusi), hingga berdebat dengan teman sebayanya. Pembelajaran seperti itu didapatkan anak dalam Zone of Proximal Development (ZPD). Zone of Proximal Development (ZPD) diartikan sebagai zona belajar yang mampu dijangkau oleh anak-anak. Membangun ZPD perlu kolaborasi antara pendidik dan peserta didik dalam penyelesaian berabagai tugas terstruktur yang menantang bagi peserta didik. Apabila anak mampu mengatasi kesulitannya secara mandiri dan dibantu oleh guru atau teman sebayanya yang lebih mampu, dengan demikian level kognitifnya akan meningkat.

Vygotsky berpendapat bahwa perkembangan kemampuan individu dapat dibedakan menjadi dua macam tingkat perekembangan. Tingkat pertama disebut dengan Actual Development level (tingkat perkembangan aktual), perkembangan ini tampak dari kemampuan individu dalam menyelesaikan berbagai tugas atau masalah secara mandiri. Tingkat perkembangan kedua yaitu Level Potensial Development (tingkat perkembangan potensial) yang terlihat dari kemampuan individu dalam menyelesaikan berbagai tugas dan masalah ketika dibawah bimbingan orang dewasa atau ketika bekerja sama dengan teman sebaya yang lebih mampu dalam memutuskan atau menentukan sesuatu.

Bantuan bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa atau kerja sama dengan teman sebaya lebih mampu disebut dengan scaffolding. Istilah tersebut juga dikemukakan oleh Bruner. dimaknai sebagai pemberian bantuan (tuntunan) yang mendukung anak untuk lebih kompeten dalam usahanya menyelesaikan tugas di derah jangkauan kognitifnya. Scaffolding dapat berupa penyederhanaan tugas, petunjuk kecil mengenai apa saja yang harus dilakukan, model prosedur penyelesaian tugas, menunjukkan apa saja yang telah dilakukan siwa dengan baik, pemberian informasi terkait kekeliruan yang dilakukan anak saat pengerjaan tugas, dan menjaga anak dari rasa frustasi yang berlebihan. Akan tetapi penerapan scaffolding harus dikurangi seiring dengan semakin mahirnya anak dalam menyelesaikan tugas.

Dalam kegiatan pembelajaran pastinya bahsa dibutuhkan oleh individu untuk berkomunikasi. Bahasa merupakan sebuah alat penting yang berasal dari pemikiran pada periode awal kanak-kanak. Menurut pendapat Vygotsky bahasa tidak hanya menjadi alat percakapan saja, tetapi juga sebagi alat dalam menyelasikan berbagau tugas dan masalah. Vygotsky lebih percaya bahwa anak-anak menggunakan bahasa untuk merencanakan, melaksanakan, membimbing, dan mengatur peerilaku mereka. Konsep bahsa dan pikiran terbagi menjadi dua, diantaranya:

  • Privat Speech, merupakan percakapan dengan diri sendiri dengan cara diverbalkan. Saat anak berbicara kepada diri sendiri, mereka menggunakan bahasa tersebut untuk mengatur perilaku dan membimbing dirinya sendiri.
  • Inner Speech, merupakan pembicaraan batin yang dapat terbawa hingga dewasa. Fungsi dari inner specch yaitu sebagai kontrol pikiran, tindakan berencana, dan ingatan.

Melalui pemikiran Vygotsky dimengerti bahwa setiap individu berkembang dalam konteks sosial. Seluruh perkembangan intelektual sepurat makna, ingatan, pikiran, persepsi, dan kesadaran beralih dari zona interpersonal ke zona intrapersonal. Segala kerja kognitif manusia merupakan internalisasi dari interaksi sosial. Teori ini mendukung perlunya landasan sosial yang baru dalam memahami proses pendidikan. Vygotsky menekankan betapa pentingnya peranan lingkungan kebdayaan serta interaksi sosial dalam perkembangan berbagai sifat dan tipe manusia.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline