Lihat ke Halaman Asli

Ady Rendra Bachtiar

Manusia Biasa

Lorong Penantian Menuju Perantauan

Diperbarui: 11 April 2025   23:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Di Dalam Stasiun (Sumber : Dok. Pribadi / Bos Muda Gegeh)

Hembusan angin datang menghampiriku
Seolah membisikkan segala kenangan
Kenangan tentang serunya di kampung halaman
Tapi kenyataan berkata lain
Diri ini harus kembali lagi ke perantauan

Merantau untuk menyambung hidup
Dan berkedok berkarya untuk semesta
Memang terlihat begitu serius
Tapi hidup tidak hanya untuk mencari uang
Namun hidup juga butuh kenyamanan dan kasih sayang

Seakan semua terlihat asing bagiku
Setelah sekian lama diri ini pulang di kampung halaman
Seakan segala perjuanganku di perantauan
Sudah lupa dalam sekejap mata tanpa sebab
Diri ini bagaikan tersihir oleh suasana kampung halaman

Dunia seakan terbelah menjadi dua dimensi
Dimensi kampung halaman dan dimensi perantauan
Padahal diri ini masih berpijak pada bumi yang sama
Ajaibnya kita sebagai manusia bisa mengelola itu semua
Manusia dengan segala keistimewaan yang ada

Ku melihat sisi kanan dan kiri
Banyak ekspresi orang yang berbagai macamnya
Ada yang berwajah ceria dan gembira
Ada yang berwajah sedih dan menangis
Dan ada yang berwajah terdiam dan merenungi nasibnya

Stasiun kereta adalah tempat berbagai macam rasa
Rasa tentang yang dialami setiap manusia
Menitih perjalanan dan melanjutkan kehidupan
Akankah manusia masih mengingat?
Tentang perjuangan semasa hidupnya?

Kebanyakan orang hanyalah berkeinginan
Mengingankan sesuatu yang belum pernah dirasakan
Menginginkan kemewahan dan validasi hidup
Memang menikmati hasil itu adalah kenyamanan eksklusif
Makanya berjuang itu terasa sangat berat sekali

Adakah yang berpikir bertahan hidup?
Semua seakan terbuai dengan kenyamanan dan zona nyaman
Seolah kita hidup dalam surga keabadian
Padahal kita tidak tau menau tentang masa mendatang
Semua terpaku akan kesenangan semata

Setiap kesenangan tentunya juga ada konsekuensinya
Kesenangan akan bergandengan dengan penderitaan
Tanpa penderitaan tidak akan lahir yang namanya kesenangan
Tapi bila kita menganggap diri kita ini menderita
Maka di setiap waktu akan merasakan kesenangan

Sungguh ilusi kehidupan yang tiada akhir
Kita hanyalah belajar bersyukur akan masa lalu
Masa Sekarang sangatlah berarti
Masa depan yang selalu kita nanti
Dan semua itu kita belajar memasrahkan diri pada Yang Maha Kuasa

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline