Lihat ke Halaman Asli

Adolf Izaak

TERVERIFIKASI

Berkunjung ke Ambon War Cemetry, Kenapa Tidak?

Diperbarui: 19 April 2017   22:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi. Ambon War Cemetry

Mendapat saran dari rekan jelang pertama kali ke Ambon, mampirlah ke kuburan. Maksudnya ziarah ke kuburan keluarga rekan tadi yang memang berasal dari sana? Titip kembang istilahnya. Oo tidak. Bukan itu. Ooo…mampir ke kuburan korban kerusuhan? Tidak juga. Jadi? Kuburan tentara sekutu.

Jiaaaa….ngapain juga ke kuburan. Jauh-jauh datang dari Jakarta kog mampir ke yang seram-seram sich. Maksudnya uji nyali nich ceritanya? Protes ku ke rekan tadi. Yeeeee….jangan underestimateatuh. Datang dan lihat dulu. Kalau memang seram n langsung liat penampakan khan tinggal ngacir aja. Bisa lari khan...?sahutnya. Pokoknya datang aja kesana dech. Walau Cuma sebentar….tambahnya.

Dokumen pribadi. Kesan sejuk, asri, di areal makam

Hhhhmmm....penasaran juga ya. Ngga ada salahnya nurutin anjuran rekan ku tadi.

Warga setempat sering bilangnya “makam tentara sekutu”. Populer juga dengan nama “makam Tantui”. Sebutan “keren” dalam bahasa inggrisnya “Ambon War Cemetry”. Lokasinya tidak jauh dari kota Ambon. Cuma sekitar 4 kilo aja. Secara administrasi letaknya Tantui, Kecamatan Sirimau, Kapaha, Ambon. Strategis, mudah di jangkau, di lalui angkutan umum. Namun lupa angkutan jurusan mana.

Memasuki kawasan makam kesannya tidak seperti ke kuburan. Kesan asri, sejuk, teduh menyapa kami. Pepohonan lebat, tanaman yang terlihat di rawat rapi, seakan menjadi “tuan rumah” yang mengatakan mengucapkan “Selamat Datang” kepada siapa saja. Kami bukan tempat yang seram kog. Jangan takut. Justru disini kami ingin memberikan kesan tenang dan damai.

dokumen pribadi. Batu nisan jasad yang di kenali

Kita masuk tanah Aussie. Jadi kita harus permisi dulu, kata Adjid driver ojek yang aku sewa sekaligus sebagai guide selama 4 hari di solo traveling di Ambon. Oya… tanahnya Aussie? Makudnya ini areal milik pemerintah Australia? Katanya sich begitu.

Ooo…oke. Siapa pun empunya status tanah ini, memang patut permisi dulu. Cuma saat itu tidak ada pimpinan makam. Yang terlihat petugas kebon yang sedang bekerja merapikan tanaman. Kepadanya saya mohon permisi melihat-lihat sekaligus foto-foto. Di persilahkan asal tidak merusak tanaman dan tertib. Ya ampun memang kami berdua tampang rusuh apa...? hahaha....

dokumen pribadi. Deretan batu nisan yang tertata rapi

Ngobrol sebentar dengan petugas kebun. Berusaha menjadi tamu yang baik. Perkenalkan diri sebagai turis dari Jakarta. Baru pertama kali kesini. Anjuran teman dari Ambon yang sekarang tinggal di Jakarta agar kesini. Katanya sich bagus. Ya itu pengantar obrolan awal agar tidak di curigai mau ngapain gitu.

Kepada si petugas sempat tanya apa benar lokasi ini milik Aussie? Ngga di jawab tegas benar atau tidak. Ya begitulah. Sambil ber-canda aku bilang ke si petugas, asyik nich di gaji pake dollar Aussie…hahaha…..

Memang benar rekomen rekan saya tadi. Datang ke sini sama sekali tidak seram. Malah kesannya sedang berada di taman di tengah kota. Padahal areal seluas 4 hektar di “huni” 2000 makan tentara sekutu saat melawan Jepang. Kebanyakan tentara Australia. Selain itu ada juga makam tentara Amerika, New Zaeland, Belanda, Kanada, India.

dokumen pribadi. Honour Wall. Tembok kehormatan.

Dokumen pribadi. Batu nisan tertata rapi di bawah pepohonan asri

Nisan di susun rapi dalam beberapa baris. Pohon lebat memberikan kesan memayungi tempat istirahat para tentara. Tiap nisan terbuat dari perunggu. Masing-masing nisan terpahat lambang kesatuan, nomor, nama, asal kesatuan, umur, tanggal wafat, serta pesan dari orang-orang terkasih mereka. Entah itu orang tua, istri, anak maupun sahabat.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline