Lihat ke Halaman Asli

Brader Yefta

TERVERIFIKASI

Menulis untuk berbagi

Nasib Kelas Menengah, Mengapa dari Awal Kerja hingga Jelang Pensiun Kredit Terus?

Diperbarui: 10 Maret 2024   01:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi kredit. (Dok Shutterstock via Kompas.com)

Just Sharing...

Ada nasabah di kantor. Sebut saja namanya Bu Minah. Dia janda, dia pebisnis, dia punya tiga anak. 

Sebuah mobil Daihatsu Xenia keluaran tahun 2012 selalu terparkir di garasi rumahnya. Kendaraan roda empat itu sudah empat kali disekolahin BPKB-nya. 

Pertama 40 juta di tahun 2015 tenor dua tahun. Dia bilang untuk modal usaha. Kadang lancar kadang telat tapi akhirnya lunas juga. Di tahun 2017 dengan agunan yang sama dia ajukan lagi. Waktu itu butuh 35 juta buat biaya kuliah anak sulungnya. 

Tahun berlalu hingga 2021 sudah empat kali kontrak berulang. Istilahnya nasabah RO (Repeat Order). 

Saking seringnya hubungan antara pegawai di kantor dengan dirinya sudah bukan antara nasabah dengan marketing, tapi ibu dan anak atau kakak dan adik. Segala hal dikisahkan. 

Apakah Ibu Minah bisa dikategorikan orang kaya? Bila ukurannya adalah sudah punya mobil, bisa jadi iya. 

Tapi sebenarnya, bila ditelusuri lebih jauh, Bu Minah punya banyak tanggung jawab cicilan. Itu belum utang piutang dengan beberapa orang.

Saking banyaknya ekonomi Bu Minah hanya berputar-putar di situ. Stag. 

Gambar diambil dari Kompaspedia. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline