Lihat ke Halaman Asli

Brader Yefta

TERVERIFIKASI

Menulis untuk berbagi

Buku Harian dan Renungan Pribadi di Akhir Hari

Diperbarui: 6 September 2019   20:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber:BikeRadar

Tadi malam saat tengah asyik membuka aplikasi kantor yang terhubung dengan internet, tanpa sengaja saya mendengar lagu kisah buku harianku. Lagu jadul memang. Penyanyinya juga sudah tidak muda lagi namun masih tetap cantik di usianya yang sekarang. Iya Paramitha Rusady, seorang artis senior yang dulu kala masih sekolah dasar,buku-buku tulis saya sering terpampang wajahnya.

Lagu dengan beat lembut berpadu dengan suara merdu penyanyinya memang pas mantap malam-malam begini. Namun bukan lagu itu yang membuat memori saya kembali ke jaman bocah dengan seragam merah putih. Tapi lirik demi lirik dalam lagu itu mengingatkan saya akan kebiasaan masa kecil yang berlanjut hingga masa remaja di SMP dan SMA dimana saya sering menuliskan kegiatan sehari-hari dalam sebuah buku. Termasuk bila saya menyukai seseorang...wkwk

Lembar demi lembar kutuliskan 

Dalam buku harianku ini

Berjuta kenangan tercipta indah

Yang tak mungkin ku lupa....

Seingat saya, sejak kelas dua sekolah dasar, saya sudah suka menggores-goreskan pena. Apa aja ditulis. Mulai dari lirik lagu --lagu dewasa yang ngehits pada jaman itu di pertengahan 80 an seperti hati yang luka yang dinyanyikan Betharia Sonata, Kisah Kasih di sekolahnya Obbie Messak sampai lagu --lagu barat yang sering diputar di radio RRI dan swasta semacam Boulevardnya Dan Byrd, Nikitanya Elton John hingga lagu bernuansa disco Just For You yang dipopulerkan grup musik Spargo asal Belanda.

Orang tua saya memang menyukai musik,baik musik indo maupun musik barat. Sebatas pendengar. Diluar itu, juga musik rohani. Jadi bila ada lagu populer baik lokal atau mancanegara yang diputar di siaran RRI atau atau TVRI, diluar dari koleksi kaset orang rumah, biasanya saya akan menelepon penyiar radionya dengan telepon rumah atau sesekali datang ke kantor RRI di Jayapura, yang jaraknya tidak sampai dua kilo dari rumah.

"Om lagu yang diputar kemarin,judul apa ya?" begitu biasanya saya bertanya sama penyiar

Lalu Om atau Tanta Penyiar (di Papua tante biasanya dipanggil Tanta) memberi tahu judulnya dan menunjukkan sampul kasetnya. Saya lalu menuliskan lirik-lirik lagunya dalam buku harian. Bila nanti saya mendengar lagu tersebut di putar pada saat saya dirumah atau di taksi waktu pulang sekolah, saya membuka buku catatan itu dan ikut bernyanyi dengan lirik --lirik yang sudah saya tulis.

Di Papua, taksi adalah sebutan untuk angkutan tarnsportasi dalam kota dimana sang sopir dan kondektur biasanya akan memutar lagu-lagu hits pada jaman itu selama dalam perjalanan, baik lagu indo maupun lagu barat. Hehe...lucu ya bila diingat

Selain buku kecil harian saya itu berisikan catatan lagu, ada juga catatan rumus-rumus matematika dan mata pelajaran IPA lainnya , termasuk bahasa inggris (grammar+kosakata). Sengaja saya tulis di situ, biar kemana-mana bisa dibawa, dibuka dan dibaca. Didalamnya juga ada foto foto atlit sepakbola terkenal pada jaman itu, seperti Maradona, Ruud Gulit dan pemain-pemain sepakbola Indonesia seperti Robby Darwis dan pemain-pemain dari klub Persipura. 

Saya juga suka voli, jadi beberapa atlit voli Indonesia pada era delapan puluhan seperti Dennis Taroreh, Loudry Maspaitella juga saya klipping dan masukkan dalam buku harian itu. Disisip --sisipin, dilipat....hehe. Berharap suatu saat bisa jadi pemain voli seperti mereka..hehe. Sayang, tinggi badan ngga nyampe...Ikut kompetisi pelajar saat duduk di SMP  dan di SMA kebagian jadi tosser (pengumpan) terus...hehe.

Buku harian saya isinya gado-gado alias macam-macam. Di  dalamnya juga ada catatan doa. Bukan doa Bapa Kami seperti doa umum umat nasrani, namun doa-doa yang sifatnya pribadi. Seperti saya pernah menulis di dalam buku harian itu, Ya Tuhan,saya mau masuk SMA negeri kalo saya tamat SMP. Ada juga saya menulis curhatan hati saya mengenai kerinduan terhadap almarhum Papa yang saat saya sekolah menengah, beliau sudah dipanggil Tuhan. Ya Tuhan, Engkaulah yang menjadi Bapa dalam hidupku, you know what the best for me....

Saat SMA, kebiasaan menulis di buku harian tetap saya lakukan. Adanya perpustakaan daerah di daerah Kotaraja yang jaraknya berdekatan dengan sekolah saya di Abepura, membuat rumah buku itu menjadi rumah kedua dimana saya menghabiskan banyak waktu di sana sepulang sekolah. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline