Lihat ke Halaman Asli

ADI PUTRA (Adhyp Glank)

Saling follow itu membahagiakan_tertarik Universalitas, Inklusivitas dan Humaniora, _Menggali dan mengekplorasi Nilai-nilai Pancasila

Inklusivitas dalam Pandangan Hidup Manusia: Dunia dan Harmonisasi Agama

Diperbarui: 3 Januari 2023   01:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi "Kebersamaan dalam Perbedaan", sumber : Kompas.com

Al-Qur'an dan Peradaban Madinah menjadi inspirasi bagi seorang Nurcholis Madjid (Cak Nur), disaat manusia dengan beragam kelompok suku, Agama dengan segala perbedaannya mampu hidup secara harmonis.

Teologi Inklusif yang diusung oleh Cak Nur bukan tanpa alasan yang jelas, tersirat prinsip kedamaian dalam kebersamaan yang menghasilkan keselamatan untuk semua dalam mewujudkan peradaban yang terbuka dan toleransi dengan menghayati agama sendiri tanpa menyerang kelompok agama lainnya. 

Inklusif dalam KBBI berarti termasuk atau terhitung, dalam kamus bahasa Inggris inclusif didefinisikan "including everything or all types of people" sehingga "inklusif" kerap disinonimkan dengan "inclution"

Inklusivitas jika dijabarkan merupakan suatu usaha harmonisasi yang dilakukan manusia untuk dapat saling memahami dan mendorong sikap positif, saling empati dan simpati terhadap sesama manusia diantara perbedaan yang ada menjadi ruang toleransi sebagai suatu upaya mencari titik temu guna menjaga perdamaian pada kehidupan yang identik berdasarkan Nilai-nilai Universal keagamaan.

Menurut pandangan Caknur bahwa Islam merupakan Agama yang fleksibel yang bersikap pasrah kepada Tuhan yang menjadi dasar dalam beragama.

Prinsip inklusivitas dalam Teologi Inklusif kerap dianggap bertentangan dengan Konsep Teologi ekslusif yang cenderung fanatisme terhadap ajaran Agama yang cenderung anti terhadap perbedaan-perbedaan, baik dengan yang seagama dengan perbedaan secara rantai turunan pengajaran pendidik (sanad) apalagi dengan yang berbeda agama.

Disisi lain, dalam percabangan Ilmu Psikologi yang di populerkan oleh Dr. Rotherberg tentang Pemikiran Janusian perihal kemampuan seseorang untuk memahami dan memanfaatkan dua ide atau lebih, konsep atau gambaran yang saling kontradiktif secara bersamaan yang berkaitan dengan kreatifitas. memahami faktor-faktor psikologis dalam kreatifitas. Karena Kreatifitas dianggap sebagai inti dari pencapaian yang penting dalam bidang-bidang konsentrasi keilmuan yang kompleks. 

Kemudian kita kembali dalam mode Inklusivitas yang secara sederhana dimaknai dengan keterbukaan pada pikiran dan perasaan, keterbukaan dalam diri merupakan fenomena kompleks dalam ekplorasi empiris mengenai ragam sifat manusia yang merupakan kognitif kreatif yang cenderung multivariabel pada setiap fase perubahan, tetapi ini justru menjadi inspirasi dan tantangan penyelesaian, mendayagunakan upaya etis dalam memformulasikan solusi sehingga dapat dirasionalisasikan dan diterima serta dapat diterapkan berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat Universal tanpa pergejolakan yang berarti.

Pola pandang Inklusivitas menerapkan kesadaran dalam melaksanakan proses saling memahami sesuatu yang menjadi anti-tesis untuk dapat menjadi titik terang kesadaran dalam perbedaan tanpa pertentangan yang menjurus kepada permusuhan. 

Inklusifitas menjadi suatu sistem operasional manusia dalam menumbuh kembangkan toleransi antar hubungan manusia beragama dalam suatu kreatifitas yang menjadi titik temu dan menjadi penyelesaian dari setiap persoalan dan permasalahan yang ada. hingga terbentuk menjadi tanggung jawab pribadi dalam menjaga dan merawat kerukunan antar umat beragama secara praktis namun tidak ada kontradiksi dan perpecahan dalam momentum persatuan lintas manusia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline