Lihat ke Halaman Asli

Adica Wirawan

TERVERIFIKASI

"Sleeping Shareholder"

Supaya Pertanian di Indonesia "Awet Muda"

Diperbarui: 15 Mei 2019   10:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sawah-sawah di kota yang terus dikepung pembangunan (sumber: dokumentasi Adica)

Pada tahun 2015, saya sempat terpapar "demam" urban farming. Semua itu bermula sewaktu saya membaca artikel yang memperlihatkan sebuah gerakan bercocok tanam di perkotaan. Hati saya tergugah setelah membaca artikel tadi karena umumnya kegiatan bercocok tanam dilakukan di desa-desa, bukan di kota-kota besar.

Saya pun tertarik mencoba bertani di rumah. Hal awal yang saya coba adalah bertani selada di akuarium. Mungkin ini terdengar "aneh", "nyentrik", dan agak "gila"! 

Namun, hal itu sangat mungkin dilakukan. Asalkan kita tahu caranya, semua media bisa dipakai untuk bercocok tanam, termasuk akuarium sekalipun. Dengan menggunakan metode hidroponik dan memanfaatkan akuarium bekas, saya pun mulai menanam selada. Hasilnya? Selada itu ternyata bisa tumbuh!

menanam selada di akuarium (sumber: dokumentasi Adica)

Sesaat saya bisa menikmati rasanya jadi petani. Ketika apa yang kita tanam membuahkan hasil, senangnya luar biasa! Kini saya paham bagaimana perasaan petani di desa-desa sewaktu melihat upaya tani mereka menuai sukses.

Sayangnya, perasaan tersebut hanya bertahan sebentar saja. Cerita tadi rupanya bukan "Dongeng Cinderella", yang selalu berujung bahagia. Sebab, ada waktunya saya juga menanggung kerugian, terutama ketika hama menyerang tanaman yang baru berumur beberapa minggu.

Parahnya, kejadian itu tak hanya terjadi sekali. Pada kesempatan berikutnya, hama kembali menyerang tanaman saya. Usaha yang saya lakukan selama berminggu-minggu kembali jadi sia-sia!

Kesulitan Para Petani

Biarpun menuai banyak kerugian, bukan berarti tidak ada hikmah yang bisa saya petik. Lewat pengalaman tersebut, mata saya jadi terbuka bahwa bertani itu "berat". Ternyata ada banyak kesulitan dalam bertani.

Makanya, saya kemudian jadi salut dengan para petani. Meskipun usahanya sering "dihantui" beragam risiko, mereka tetap berjuang menghadirkan bahan makanan untuk kita.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline