Lihat ke Halaman Asli

Adica Wirawan

TERVERIFIKASI

"Sleeping Shareholder"

Gara-gara Kecanduan Teknologi, Kita Jadi "Homo Soliter"?

Diperbarui: 7 Maret 2017   18:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: huffingtonpost.com

Baru-baru ini, sejumlah peneliti dari University of Virginia menyelidiki hubungan antara perilaku pemakaian ponsel di Amerika Serikat dan tingkat kepercayaan terhadap orang asing. Dengan mengamati data dari World Values Survey, tim peneliti menemukan bahwa orang Amerika yang sering menggunakan ponsel untuk mendapat informasi cenderung kurang menaruh kepercayaan terhadap orang asing.

Berdasarkan penelitian itu terungkap juga bahwa akibat penggunaan ponsel yang berlebihan, mereka merasa kurang percaya terhadap tetangga mereka, orang-orang yang berbeda agama, dan orang-orang dari negara lain. Hal itu tentunya membuat mereka kehilangan kesempatan untuk berkomunikasi dengan orang asing dan membangun kepercayaan umum.

Studi lainnya yang juga terbilang “unik” terkait perilaku penggunaan ponsel adalah hasil penelitian dari USC Marshall School of Business. Menurut studi yang melibatkan sebanyak 554 karyawan tersebut terkuak bahwa mayoritas karyawan sering memakai ponsel sewaktu mengikuti rapat di kantor. Ketika orang lain tengah sibuk menyampaikan pembicaraan, mereka kerap “tertangkap tangan” memainkan ponsel sekadar untuk chat atau menulis email. Hal itu dianggap sebagai perilaku yang kurang pantas karena sementara yang lain tengah berbicara, mereka malah “asyik” sendiri.

Bagaimana dengan Generasi Milenial? Studi itu juga menunjukkan bahwa Generasi Milenial alias Generasi Y ternyata tiga kali lebih sering menggunakan smartphone selama rapat. Bahkan, mereka menganggap bahwa perilaku itu adalah sesuatu yang wajar.

Hal itu tentunya lumrah mengingat bahwa mereka adalah generasi yang sudah mengenal teknologi informasi sejak usia dini. Berbeda dengan generasi sebelumnya, mereka memandang bahwa teknologi itu sudah menjadi gaya hidup. Jadi, mereka merasa sah-sah saja membalas chatting atau membaca artikel sewaktu mengikuti sebuah pertemuan tanpa merasa sungkan.

Sehubungan dengan perilaku tersebut, saya teringat sejumlah istilah yang disematkan untuk manusia. Sewaktu sekolah dulu, guru saya mengajarkan bahwa manusia modern sering disebut sebagai homo sapiens, yang artinya “manusia yang berpikir”, atau “manusia yang bijaksana”.

Belakangan, lewat sejumlah literatur, saya mengenal istilah lainnya, yaitu homo economicus. Disebut demikian karena manusia adalah “makhluk ekonomi”, yang menjaga kelangsungan hidupnya dengan melakukan kegiatan peniagaan.

Belum lagi, istilah homo ludens, yang dipopulerkan oleh filsuf Johan Huizinga, yang mendeskripsikan bahwa manusia itu “mahkluk yang senang bermain”. Semua sebutan itu dibuat berdasarkan perilaku yang diperlihatkan oleh manusia.

Namun demikian, sampai saat ini, saya belum menemukan satu istilah, yang secara pas menggambarkan perilaku yang timbul akibat kecanduan smartphone, seperti telah disampaikan di atas.

Bagaimana dengan homo soliter, yang artinya “mahkluk yang sendirian”? Bisa saja. Sebab, sekarang, teknologi telah membikin hidup manusia tampak “terpisah” dari orang-orang sekitarnya. Karena sedemikian bergantung pada teknologi, kita menjadi “semakin” sendirian di tengah-tengah keramaian. Bukankah begitu?

Namun demikian, menurut hemat saya, teknologi tetaplah teknologi. Teknologi seyogyanya hanyalah sebuah alat, yang mempermudah hidup manusia, bukannya sebuah “jurang” yang memutus hubungan antarmanusia. Konsep itulah yang seharusnya tertanam dalam pikiran kita masing-masing sehingga kitalah yang mengendalikan teknologi, dan bukan sebaliknya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline