Lihat ke Halaman Asli

Ade Rahmat

Ekonomi & Politik

VAR (Seni dan Industri)

Diperbarui: 1 September 2019   21:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar : www.fifa.com

Mei 2005 adalah perkenalan saya pada dunia sepak bola. Kala itu ada pertandingan besar final Liga Champions antara Liverpool melawan AC Milan. Di daerah tempat saya tinggal nampaknya semua orang mendukung AC Milan untuk keluar sebagai juara. 

Maklum saja waktu itu Serie A adalah primadona sepak bola dunia. Pemberitaan media yang laku adalah semua pemberitaan tentang Serie A (Liga Italy). Pemain-pemain besar berada di sini baik yang lahir maupun yang mengembangkan karir.

Dalam beberapa tahun terakhir magnet sepak bola berubah ke arah barat laut, tepatnya negara Inggris. Dimana panggung Liga Italy berangsur mengalami penurunan, salah satu indikatornya bisa dilihat dari nilai jual hak siar. 

English Premier League (EPL) mendapat £ 1,71 miliar untuk musim 2016-2017. Angka itu dua kali lipat lebih besar dari Bundesliga yang mendapat £ 900 juta untuk musim yang sama, kemudian diikuti oleh Serie A dengan £ 805 juta dan La Liga £ 753 juta. 

Perolehan uang dari penjualan hak siar sepak bola terus naik dari tahun ke tahun dan EPL tahu cara mengelola industri ini.

Gambar : www.football-tribe.com

Football is industry
Keberanian Sky Sport merubah jam pertandingan EPL salah satu langkah bisnis tepat. Langkah bisnis? Ya, langkah bisnis karena itu bukan langkah organisasi atau lembaga non profit. 

Efeknya pada uang bukan pada perasaan. Sky Sport selaku pemegang hak siar Liga Inggris tahu betul revenue Asia duduk di peringkat teratas sebagai penyumbang hak siar. Mereka merubah jam pertandingan EPL menyesuaikan prime time Asia. Kebijakan ini awalnya menuai protes dari tim-tim peserta EPL maupun penduduk Inggris karena mereka harus menyesuaikan dengan kebiasaannya menyaksikan pertandingan yang sudah dilakukan selama bertahun-tahun. Tapi ketika uang yang berbicara semua sepakat dan tunduk.

Jadi tim-tim Liga Inggris berkorban untuk Asia dengan melakukan pertandingan di siang bolong supaya penduduk Asia bisa menyaksikan Liga Inggris pada waktu prime time? Ya, memang demikian.
Sepak bola sekarang adalah industri.
Industri adalah bisnis.
Bisnis itu harus menghasilkan uang.
Jika ingin uang mereka harus tunduk pada konsumen.
Dan konsumennya adalah penduduk Asia yang mempunyai prime time jam 12 waktu Inggris.
Gila? Ya, memang gila. Sky Sport tidak hanya merubah jam pertandingan tetapi merubah tradisi menyaksikan pertandingan penduduk Inggris.

Kita ketahui bahwa prime time penduduk Asia termasuk Indonesia berkisar antara jam 18.00-22.00 dan waktu tersebut jika dikonversi ke Inggris berkisar jam 12 siang sampai sore hari. Itulah sebabnya masyarakat Indonesia dimanjakan menyaksikan Liga Inggris pada prime time nya tanpa harus bergadang.

"Asia mendikte tradisi sepak bola masyarakat Inggris" Frasetya Vady Aditya (author panditfootball)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline