Lihat ke Halaman Asli

Adelia TriEka

Pengelana

Cerpen | Ajari Aku Menjadi Dewasa

Diperbarui: 18 Desember 2019   15:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ayah terbujur kaku bersimbah darah dekat trotoar Jalan Panglima Kusuma. Tubuhnya berceceran tanpa bisa kusatukan kembali serupa saat masih hidup. Dua tangan kusatukan tetapi masih kehilangan bentuk semula, ada bagian yang hilang pada tulang bisep kanan dan Trisep kiri. Begitu juga kaki kanan dan kaki kiri belum benar-benar ditemukan kesempurnaan.

Dari semua bagian tubuh ayah yang hilang itu, ada yang aneh yaitu pada salah satu bagian wajah. Kepala ayah utuh sempurna padahal berada di antara ban mobil truk yang sudah nampak berkarat dimana-mana. Sedangkan mimik wajahnya tersenyum lepas, seolah-olah telah terbebas dari belenggu kerasnya kehidupan.

Kakak hanya menyaksikan semua kejadian dengan puntung rokok, yang ditemukannya diantara salah satu bagian mobil. Supir juga kehilangan bagian tubuh terutama bagian kepala. 

Namun masih baik dari keadaan ayah, dia hanya kehilangan bagian otak saja. Sedangkan yang lainnya masih sempurna seperti sedia kala. Dari pandangan sejarak lima puluh sentimeter, aku melihat adik diam membisu trauma dipinggiran jalan tanpa satupun suara. 

"Borjois, apakah harus aku kumpulkan lagi bagian tubuh ayahmu?" Kata Pak Mardjuki, kepala suku dinas perhubungan komunikasi yang sedang berada di lokasi.

"Ya, jangan kalian bawa ayah sebelum menemukan kesempurnaan."

"Kami tidak bisa melakukan lebih lama lagi, Nak Borjuis!" Kata kepala polisi daerah.

"Sebentar lagi, Pak! Berikan aku waktu beberapa menit lagi."

Pada akhirnya tubuh ayah dibawa polisi ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut. Entahlah, padahal bukankah lebih baik kalau langsung ke rumah dan segera dikuburkan? Namun aku tidak bisa berbuat apapun selain mengikuti prosedur yang harus dijalani. 

Anehnya rumah sakit sedang sepi, padahal biasanya banyak sekali orang-orang datang dan antri di halaman depan rumah sakit.

"Borjois, kemana seluruh keluargamu?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline