Lihat ke Halaman Asli

Sri Wintala Achmad

TERVERIFIKASI

Biografi Sri Wintala Achmad

Berburu Takjil Tidak Identik Berburu Panganan untuk Berbuka

Diperbarui: 17 Mei 2018   00:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

gayahidup.republika.co.id

MENUNAIKAN ibadah puasa Ramadhan pada hari pertama dirasakan oleh sebagian banyak umat Islam sangat berat. Perut mereka yang biasanya terisi tanpa kenal waktu harus menahan lapar sejak Imsyak hingga waktu buka.

Karena rasa lapar, kebanyakan mereka yang tidak beraktivitas rutin di kantor atau tempat kerja lain dengan tidur. Guna melupakan perut yang semakin keroncongan, mereka ngabuburit di ruang publik. Sebagian  mereka pulang ke rumah ketika waktu buka hampir tiba. Sebagian lainnya pergi ke masjid atau mushala untuk berburu 'takjil'.

amadhan.antaranews.com

Menyantap 'takjil' bersama-sama di masjid atau mushala, umat Islam merasakan kenikmatan tersendiri. Selain berkumpul dengan sesama muslim, ia merasa lega sesudah seharian menahan lapar dan dahaga. Inilah kenikmatan yang tidak dirasakan pada hari-hari biasa. Di mana selepas maghrib, ia makan bersama keluarga di rumah.                      

Takjil

MENURUT Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), takjil yang berasal dari Bahasa Arab tersebut mengandung pengertian: memercepat atau menyegerakan untuk berbuka puasa. Bila merujuk pada KBBI, pemahaman takjil sebagai penganan untuk berbuka puasa tidak benar. Terlebih ketika takjil sekadar dimaknai dengan kolak atau dawet, dan semacamnya.

http://untidar.ac.id

Dengan mengacu maknanya, ungkapan "berburu takjil" identik dengan "menyegerakan berbuka puasa" bila waktunya sudah tiba. Selain mengikuti sunah Rasul, menyegerakan berbuka puasa dapat menanamkan kesadaran waktu untuk bersantap. Sehingga, kesehatan tubuh yang merupakan salah satu tujuan berpuasa dapat terealisasi.

Sekilas terkesan bahwa tindakan "menyegerakan berbuka puasa" tidak penting. Namun bila direnungkan maknanya, tindakan tersebut sangat bermanfaat dalam kehidupan umat Islam. Di mana, mereka dianjurkan untuk menghargai waktu dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Inilah hikmah takjil yang musti dipahami oleh umat Islam.

Berbuka Puasa dengan Arif

DALAM jagat pakeliran Jawa -- babad Ramayana- terdapat tokoh bernama Kumbakarna. Raksasa putra Begawan Wisrawa dan Dewi Sukesi yang bersaudara dengan Rahwana, Sarpakenaka, dan Gunawan Wibisana. Raksasa yang memiliki sifat rakus terhadap makanan. Karenanya tidak heran, ia yang baru menyelesaikan tapa nendra (bertapa tidur) berbuka dengan menghabiskan seluruh makanan dan minuman yang tersaji di meja makan.

Melalui tokoh Kumbakarna bisa dijelaskan bahwa seorang yang berbuka puasa dengan mengenyang-ngenyangkan perut menandakannya sebagai raksasa. Bukan manusia arif yang menggunakan akal sehat bahwa berbuka puasa dengan mengenyang-ngenyangkan perut justru menyebabkan gangguan lambung dan berdampak buruk bagi kesehatan raga. Berbuka puasa dengan mengenyang-ngenyangkan perut bisa ditangkap sebagai manifestasi balas dendam sesudah menahan lapar dan dahaga sejak imsyak hingga waktu buka.

istana-bidadari.blogspot.co.id


Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline