Lihat ke Halaman Asli

Abel Arrohma

Mahasiswa

Pentingnya Peran Orangtua dalam Menjaga Kesehatan Mental Anak

Diperbarui: 23 Juni 2022   11:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Anak adalah salah satu karunia dari tuhan yang maha esa, kebanggaan dan kebahagiaan dari keluarga.

Bagi saya, orang tua adalah fasilitator bagi anak untuk menceritakan apa saja yang sedang terjadi pada dirinya. Ketika anak merasakan hal senang sedih orang tua perlu tau untuk memastikan itu baik untuknya, orang tua harus bisa mengimbangi sifat, mengerti apa yang sedang dirasakan anak, dan bahkan menjadi teman atau rumah yang ternyaman untuk bercerita.

Setelah saya menjadi mahasiswa, berbagai pengalaman dan cerita dari berbagai orang dan bahkan sebagai pembaca cerita melalui media sosial. 

Banyak anak yang suka merasa kesepian, hidup sendiri, dan merasa keluarga tidak membutuhkan dirinya. Tidak banyak anak yang berani mengungkapkan kesedihan itu kepada keluarga karena merasa dianggap bahwa keluarga sudah memenuhi tanggung jawab, tetapi yang sebenarnya yang diinginkan adalah sebuah tempat cerita. 

Bukan hanya masalah di rumah tetapi di luar bagaimana saat anak beraktivitas, apakah ada masalah yang membuat dia bingung untuk menyelesaikan hal tersebut.

Banyak orang juga yang masih bepikiran dan menyepelekan kesehatan mental, ada beberapa manusia yang kuat dan tidak dengan cara menyimpan masalah sendiri. Ketika ada orang yang tidak kuat menahan sendiri masalahnya dan tidak ada orang untuk dijadikan tempat bercerita, kita tidak tau apa yang akan dilakukan pada dirinya.

Kesehatan mental itu penting karena psikologi anak berpengaruh terhadap bagaimana seseorang berpikir, merasakan, bertindak, membuat keputusan, dan berinteraksi dengan orang lain.

Anak akan lebih merasa senang ketika orang tua bisa menjadi teman untuk bercerita karena merasa aman untuk menceritakan sesuatu. Dilansir dari kompas.com ada empat pola asuh orang tua yang dapat diterapkan yaitu authoritative, authoritarian, permissive, dan uninvolved. Orang tua dapat memilih salah satu atau dua dari empat polah aasuh ini.

  • Pola asuh authoritative akan terlibat pada kehidupan anaknya secara hangat dan responsif, aturan yang jelas, ekspektasi tinggi, mendukung, dan menghargai kebebasan sang anak.
  • Pola asuh authoritarian akan melibatkan dirinya dengan sang anak secara tidak responsif, aturan yang mengikat, ekspektasi tinggi, dan kepatuhan secara penuh dari sang anak.
  • Pola asuh permissive akan melibatkan dirinya secara hangat dan responsif, sedikit aturan, ekspektasi yang rendah, dan toleran.
  • Pola asuh uninvolved akan melibatkan dirinya secara dingin dan tidak responsif, tanpa aturan, tidak berekspektasi apapun, dan cuek.

Beberapa peran yang bisa diterapkan atau diperhartikan dari anak, diantaranya:

  • Membangun hubungan yang baik 

Sebelum memulai sesuatu semua orang pasti harus melakukanhubungan yang baik agar dapat membangun komunikasi dan kelekaatan emosional. Luangkan waktu untuk sekedar mengobrol atau bermain bersama.

  • Menghargai perasaan anak

Seseorang perlu didengarkan dan dihargai begitu juga anak. Seperti contoh ketika anak sedang merasa marah kita biarkan saja untuk mengekspresikan marahnya dan biarkan dia melalui emosinya itu, disitu anak akan merasa dihargai karena sudah diberikan kesempatan untuk mengekspesikan diri dan akan paham tentang menghargai. Dan seperti saat membutuhkan waku sendiri biarkan saja jika dia mau bercerita baru dengarkan.

  • Mendampingi anak ketika dalam kesulitan
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline