Lihat ke Halaman Asli

Abdussalam Bonde

Pelayan Publik, Orang Doloduo Bolaang Mongondow-Sulut

PR Buat Para Kader HMI

Diperbarui: 24 Februari 2021   08:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kurang lebih diusianya yang ke-74 tahun, sejatinya Humpunan Mahasiswa Islam (HMI) menunjukkan kedewasaan, kematangan sebagai organisasi yang memperjuangkan nilai-nilai keumatan, kebangsaan dan intelektualitas serta budaya kritisnya dalam menyikapi berbagai kebijakan publik. Tetapi, yang terjadi malah sebaliknya. Terkesan HMI seperti mengalami gejala usia kepikunan di mana tak ada lagi yang patut dibanggakan.

Jika dilirik dari perjalanan panjang yang penuh dengan dinamika pada kenyataannya jauh panggang dari api. Toh realitas dilapangan menggabarkan HMI bagai menanggung beban berat yang semakin hari bukannya berkurang tetapi, mala bertambah dan makin penumpuk. 

Jika dirunut dari awal, kemorosotan utama yang dirasakan adalah semakin hilangnya peran intelektualitas, terjadi pencemaran idealisme, menurunnya tradisi kaderisasi, erosi nilai-nilai moral-spritual, gerakan cenderung elitis, sehingga basis di masyarakat bawah semakin terkikis, mahasiswa Islam yang berkecipung di HMI semakin sedikit dan masih banyak lagi hal-hal lain yang tidak cukup waktu untuk menulisnya disini.

Fenomena di atas mengajak kita untuk kembali hadap diri (ba’ kaca-orang Manado bilang). Dan momentum di hari bersejarah ini bertepatan dengan Milad HMI (5 Febuari, Pen.), sepertinya tepat untuk kembali membuka file-file kekurangan yang melanda organisasi yang kita cintai ini. Tentu saja bukan berarti saya bermaksud menguliti HMI dalam artian mencoba menguak borok organisasi secara vulga, atau sedang mengadili HMI yang sudah mengalami kemunduran dalam berfikir dan berkarya. 

Tidak, dan bukan itu maksud saya. Ini adalah wujud kecintaan dan tanggung jawab kita bersama sebagai kader HMI. Saya berharap dengan melihat kelemahan-kelemahan yang ada, kita punya referensi yang harus kita perbuat untuk menyelesaikan problem demi kejayaan HMI di masa kini, esok dan yang akan datang.

Kenyataan pahit yang melanda HMI, jika ditarik untuk skala lokal-nasional? Jawabannya pasti sama, Sama-sama punya masalah. Secara HMI pada aras realita seperti "Serigala" yang semestinya bebas berbuat apa saja, tetapi terkurung dan terkandang dalam kenyataan sejarah yang sedang terpapar "Corona", sehingga aktualisasi gerakan-pun tidak lebih dari sekedar "Bersin-Bersin" yang tidak mampu walau hanya membangunkan orang yang sedang tidur.

Sedangkan dalam konteks paradigma berfikir, anak-anak HMI sebenarnya telah memiliki arah yang jelas dalam membaca fakta-fakta social, ekonomi, politik, budaya dan agama. Tetapi, pada sisi tindakan mengalami "Miskin strategi dan taktik". Akhirnya hasil-hasil diskusi dan rekomendasi hanya habis dimeja kongres, dan menjadi lembar-lembar kertas yang tak berarti apa-apa.

Disamping kelemahan subjektif yang melanda HMI, organisasi ini juga dihadapkan pada kenyataan sedang mengalami "Busung lapar". Barisan kebijakan yang diproduksi oleh pengambil kebijakan di tingkat pusat-daerah masih jauh dari cita-cita yang di harapan konstituen. Banyak fakta-fakta yang bisa dijadikan sebagai tolak ukur tentang itu. 

Salah satu diantaranya adalah liberalisasi demokrasi lewat prodrak regulasi, ketidak-adilan dan kesenjangan sosial, korupsi yang makin menajdi-jadi dan masih banyak lagi hal-hal lain yang tidak mendapatkan respon dikalangan anak-anak kader. Akibatnya, "Kangker" internal dan "Tumor" eksternal yang menimpa HMI dimana ia berada akan melahirkan sejarah yang harus diamputasi agar tidak membuat semua organ kehidupan ditelan oleh ganasnya realitas.

Tentu setumpuk masalah yang melanda HMI ini tidak bisa diselesaikan hanya dengan manuver-manuver sin salabin atau mengandalkan retorika belaka. Harus ada kesadaran dan keseriusan bahwa penyakit yang menimpa HMI sudah cukup kronis. Untuk menyembuhkan penyakit maka, kita harus melakukan "diagnosis" yang teliti mengenai sebab dari pengakit yang diderita. 

Dan jika dirunut secara gamblang ada beberapa penyakit yang secara langsung menjadi bagian permasalahan HMI yang harus segerah dibedah, yaitu: Pertama, menipisnya nilai-nilai ke-Islaman di kalangan kader, padahal seharusnya sebagai organisasi yang berazaskan Islam, hal paling utama adalah menjunjung tinggi nilai-nilai ke-Islaman dalam kehidupan sehari-hari. Dampaknya banyak kader yang terpasung dengan gaya hidup sekulerisme dan liberalisme. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline