Lihat ke Halaman Asli

Abdulazisalka

Tinggal di The Land of The Six Volcanoes . Katakan tidak pada Real Madrid.

Puisi: Irama Kesedihan

Diperbarui: 27 November 2020   20:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kredit Foto: snbboy via pixabay 

Sepertinya kita tak pernah saling berterus terang
Bertukar mimpi-mipi indah, bertransaksi kasih sayang 

Mungkin saja pernah,
Tapi itu agak jarang 

Sepertinya kita hanya diam dalam kata
Layaknya menghitung bintang yang tak pernah kita terawang 

Mungkin saja tidak,
Tapi itu berulang-ulang 

Aku hanya mendekap lunglai di sudut kamar yang mulai lembab
Oleh bau tubuhmu yang sedap melekat 

Meski kadang aku terlambat
Aku tak pernah berkhianat
 

Kau yang selalu meredam dengkur malamku
Dengan peluh lirih isak tangismu

Matamu mencariku di kala gelap yang meradang
Bersama pelukan hangat merayapi lemas tubuhku
Aku bergetar, karena aku takut ini hanya mimpi
Mungkin juga halusinasi diri 

Aku yakin, aku masih petarungmu
Sepanjang tarikan nafasku
Aku akan meninju kelemahanmu
Aku akan meninju ketakutanmu 

Aku selalu jadi pemberani
Jika berada di sampingmu

Tapi sepertinya.. 

Ketika tuntas kesal amarahmu
Aku bukan lagi pahlawan hidupmu
Aku lemah tak kuasa 

Kenapa kau marah ? 
Kenapa kau menderu ?
Kenapa kau menangis ? 

Alka, 27 November 2020 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline