Lihat ke Halaman Asli

Abas Basari

Guru Biologi SMA Al Masoem

Pangeran Cekawood Part 2: Sekolah Kejujuran Itu Tidak Ada, yang Ada Sekolah Kejuruan

Diperbarui: 1 September 2022   21:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pak Subhan dengan semangat mengangkat HP miliknya untuk menjawab panggilan. Tentu saja semangat karena yang menelepon adalah orangtua Cekawood. Alhamdulillah setelah beberapa hari mereka sangat intens berkomunikasi via telepon. Selalu saja ada hal yang tidak  bisa dipecahkan masalahnya jika hanya melewati HP. mendingan bertatap muka secara langsung.

Pak Subhan memutuskan untuk mengundang ayahnya Cekawood ke sekolah. Berbicara empat mata lebih mantep. Bapaknya memang tinggal di daerah Bekasi yang dengan senang hati mengiyakan ajakan Wali Kelas anaknya. Walau harus menempuh perjalanan dua jam berkendaraan roda empat. Hanya satu yang diinginkan mereka yakni menemukan jawaban atas perilaku anaknya.

"Pak Subhan, saya sudah sampai di sekolah sepertinya beberapa menit lagi sampai di ruang guru", jelasnya dengan nada penuh harap.

"Siap Pak, kita ketemu di ruang tunggu saja ya. Ruangannya sebelahan dengan ruang guru", jawab Pak Subhan dengan nada serius bercampur senang hati. "Ya Allah semoga Engkau mudahkan urusan ini, demi menjaga amanah yang telah aku terima, dia anak didik ku", doa Pak Subhan dalam hatinya dengan penuh keyakinan.

"Alhamdulillah. Selamat datang di sini. Silakan duduk Pak Catur, kita ngobrolnya di ruang tunggu ya", sapa Pak Subhan menyambut kedatangan ayahnya Cekawood. Mereka pun bersalaman sangat erat seolah mereka sudah kenal lama sekali. Ada dorongan yang sama untuk segera selesaikan masalah.

Setelah mereka duduk sejenak dan nampak nyaman, serta terlihat lebih rileks raut wajahnya. Keduanya asyik berbincang seputar kejadian beberapa hari yang lalu.

"Pak Catur, maafin saya ya telah memaksa Bapak untuk hadir menemui saya", permohonan Pak Subhan membuka obrolan.

"Ga apa apa Pak Subhan, saya yang berterima kasih atas undangannya sehingga kita bisa silaturrahmi disini serta mudah-mudahan Allah kasih jalan keluarnya", balas ayahnya Cekawood tak kalah panjang ucapannya.

Sehubungan terbatas waktu diantara mereka, maka keduanya sepakat untuk to the point saja.

Pak Catur pun menuturkan kejadian demi kejadian. Mulai dari awal sampai hari itu anaknya belum kembali ke rumah.  "Selama tiga hari empat malam tidak bisa dihubungi. Ditelpon langsung di rejeck, dan akhirnya hubungan via telepon diputus anak saya", kalimat terakhirnya. Wajah sedih nampak menyeruak di balik gerak-gerik tangannya.

Pak Subhan sambil memandang dan sesekali menganggukan kepala bahkan melongo menyimak paparan kejadian saking tak masuk akal. "Ini anak kok nekad ya", pikirnya dalam hati.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline