Lihat ke Halaman Asli

Abanggeutanyo

TERVERIFIKASI

“Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Kasihan Amin Rais, "Tamparan" Zulhas Amat Keras Rasanya

Diperbarui: 27 April 2019   00:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar : Detik.com

Kabar perpecahan Amin Rais,  Ketua Majelis Kehormatan  dan Zukfili Hasan (Zulhas) Katua Umum Partai Amanat Nazional (PAN) sekaligus besannya telah meledak sejak April 2018 lalu. Perbedaan sikap antara AR dan Zulhas dalam menentukan dukungan ke calon Presiden menambah duri dalam daging PAN sehingga mempengaruhi kesiapan PAN menentukan pilihan saat itu. 

Keruncingan antara kedua hubungan besan itu sesungguhnya telah terjadi jauh sebelumnya yaitu pada Maret 2018. Ketika itu Zulhas menjabat sebagai Menteri Kehutanan Amin Rais menuduh besannya itu memberi lahan alih fungsi hutan sangat besar kepada pengusaha. 

Dalam urusan internal partai pun perbedaan pendapat dan sikap antara keduanya kentara sekali, dimulai dalam pencalonan Zulhas sebagai capres dari PAN tidak mendapat dukungan Amin Rais.

Perselsihan internal berlanjut pada saat PAN harus menentukan pilihan mendukung kubu Jokowi (Koalisi Indonesia Kerja) atau ke kubu Prabowo (Koalisi Indoneisa Adil Makmur). 

Hingga pertengahan April 2014 2018 PAN belum menentukan pilihan, padahal jauh sebelumnya Amin Rais telah memberi signal bahwa PAN terang-terangan tidak mendukung Jokowi. 

Hingga 23 April 2018 Zulhas masih membuka peluang untuk Jokowi dan Soesilo Bambang Yudhoyono siapa tahu dipinang untuk berkoalisi dengan salah satu diantaranya.

Sikap PAN terlihat gamang seperti itu mengandung strategi. Secara internal ia ingin menunjukkan lebih condong mendukung Jokowi. Secara eksternal ia sengaja ingin memperlihatkan ada sesuatu yang menghalangi PAN menetapkan calon presiden dari PAN sendiri. Selain itu juga untuk memperlihatkan ada tekanan untuk mendukung kubu Prabowo.

Alasan harus diputuskan dalam rapat nasional, Zulhas pun melakukan trik dan intrik menunggu waktu. Padahal Amin Rais berkali-kali dan berulang kali memberi arah, dukung Prabowo. Jangan dukung Partai Setan. Menangkan Prabowo dan berbagai jargon lainnya.

Sikap Zulhas jelas dianggap langkah mengulur waktu. "Cuma bersandiwara," kata Amin Rais dengan nada marah.

Zulhas membela diri. "Apakah saya bersandiwara apa tidak memang beda cara. Saya masih ketua MPR jadi harus merangkul , menjahit merah putih dan menjaga persatuan," katanya diplomatis.

Sikap Amin Rais terlalu arogan mirip memperlakukan sebuah kerjaaan politik pribadi menyebabkan para pengurus partai lain mulai gerah. Tokoh-tokoh yang pernah mendirikan PAN pada masanya meminta Amin Rais mundur. Mereka, Abdilla Toha, Albert Hasibuan, Gunawan Mohammad, Toety Heraty dan Zamrotin meminta Amin Rais menyerahkan tongkat estafet pada generasi lebih segar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline