Lihat ke Halaman Asli

Abanggeutanyo

TERVERIFIKASI

“Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Pemerintah Tak Berdaya Hadapi 'Taipan' Telkomsel

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Tahukah Anda bahwa perusahaan komunikasi seluler Telkomsel yang mempesona ini sarat muatan komersil dan politis? Telkomsel yang ternyata sahamnya dimiliki juga Indosat sebesar 35% itu  disinyalir memainkan  peranan sebagai "pengumpul dana"  untuk kepentingan komersial dan politik.

Telkomsel yang dimiliki oleh Indosat  -disebut-sebut adalah saingan Telkomsel-   disinyalir memainkan peranan Kartel di bidang industri telekomunikasi di tanah air bersama beberapa operator seluler lainnya.  Mereka sepertinya bersepakat mengatur "permainan" agar langgeng dan dapat meraup berbagai tujuan masing-masing operator.

Mereka yang terlibat dalam kartel tersebut memperlihatkan kepada publik bahwa seolah-olah mereka bersaing dalam permainan yang amat keras, akan tetapi sesungguhnya pada level top pemilik saham mereka mengatur irama itu dan tertawa terbahak-bahak menyaksikan upaya pembodohan pelanggan yang dilancarkan oleh masing-masing operator melalui iklan dan promosi taktis, padahal semua operator itu berada dalam kendali kerajaan kartel si Raja Telekomunikasi Indonesia.

Analisa keterkaitan Telkomsel dalam jaringan Kartel.

Sebagai perusahaan yang telah menjadi operator seluler nomor satu di Indonesia (berdasarkan standard penguasaan pangsa pasar dan jumlah pelanggan) Telkomsel telah tumbuh menjadi perusahaan telekomunikasi raksasa di Indonesia bahkan di Asia.

Di Indonesia dengan meraih jumlah pelanggan 100 juta pelanggan pada Mei 2011 dan menguasai 51% market share (pangsa pasar) tahun 2007, Telkomsel telah menjalin kerjasama dengan mitra operator di berbagai dunia. Disebutkan dalam berbagai informasi, Telkomsel berhasil membuka jaringan kerjasama dengan 155 negara.

Melihat reputasi dan keterkaitan pembagian saham Telkomsel dengan "saingannya" Indosat sebagaimana disebutkan di atas, apa yang ada dalam pikiran kita selain munculnya rasionalitas sebagai respon atas kejanggalan dan keanehan tersebut?

Untuk lebih jelasnya mari perhatikan beberapa catatan penting tentang jaringan "krodit" operator kelas wahid kita sebagai berikut :

  1. Pembagian saham Telkomsel adalah : 65%  oleh  PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk ( atau disebut "Telkom" saja) Indonesia dan 35% untuk Indosat, Tbk. Dari 65% saham milik Telkom, Tbk ini  dimiliki oleh Singtel (Singapore) sebesar 35%, artinya, saham yang murni dimiliki Telkom, Tbk hanya 30% saja, itu pun belum dikurangi saham milik publik yang juga tedapat dari pihak asing.
  2. Indosat, Tbk sendiri dimiliki oleh jaringan multi taipan dari berbagai negara, dengan demikian tak mustahil Indosat, Tbk itu sahamnya dikuasai oleh para taipan dari bebrapa negara, antara lain :  QTEL Asia  sebesar 65% (milik kongomerat Qatar setealh dijual oleh STT Singapore ke Qatar),   Skagen dari  AS  sebesar 5,57%. Setelah itu barulah Pemerintah RI (14,29%) dan publik (15,14%. Lihatlah kepemilikan saham kita (Pemerintah 14,29% dan publik 15,14%, jika keduanya dijumlahkan hanya 29,43% saja. Tidak sampai 35% seperti jumlah saham Telkomsel yang yang dimiliki Indosat, Tbk.
  3. Sementara itu, PT Telekomunikasi Indonesia yang menguasai 65% saham Telkomsel, ternyata dimiliki oleh para taipan kaliber kakap asing, sebesar 45,58%. Sedangkan Pemerintah RI (BUMN PT Telkom, Tbk) sebesar 51,19%. Sisanya, 3,23% saja dimiliki oleh "anak negeri."
  4. Siapakah taipan kaliber asing yang menguasai 45,58% saham PT Telkom, tbk? Ternyata pemiliknya paling dominan adalah lagi-lagi dari SingTel singapore.

Atas dasar data dan fakta di atas  kita dapat mengambil beberapa  kesimpulan utama, yaitu :

  • Industri telekomunikasi di tanah air TELAH dikuasai oleh pihak Asing.
  • Adanya persekongkolan dalam industri telekomunikasi kita dalam jaringan Kartel Telekomunikasi.
  • Ternyata pemiliknya yang "itu-itu saja" alias dia-dia juga.
  • Telkomsel memainkan peranan penting dalam Kartel tersebut.
  • Telkomsel terindikasi menjadi "Sapi Perah" untuk tujuan komersil dan Politik negara asing
  • Pemerintah tidak berdaya mengatur deregulasi bidang telekomunikasi yang menguntungkan kepentingan bangsa (pengguna) dan negara karena berhadapan dengan jaringan mafia komunikasi asing.

Telkomsel dan beberapa operator lainnya, telah menjelma menjadi kendaraan strategis  yang dipergunakan oleh para taipan asing untuk meraup keuntungan optimal dari Indonesia. Idea dan inovasi apapun dilakukan atas nama profesionalisme dan layanan prima, padahal di dalamnya Telkomsel telah menjadi "sapi perah" untuk kepentingan politik dan komersial para Taipan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline