Globalisasi telah membawa perubahan besar dalam kehidupan kita. Seperti udang di balik batu, di balik kemajuan teknologi dan informasi ada harga yang harus kita bayar. Budaya yang di wariskan oleh nenek moyang kita semakin terlupakan, tergerus oleh zaman dan arus modernisasi yang tak terbendung. Sayangnya, generasi muda yang seharusnya menjadi penerus budaya justru lebih tertarik dengan trend-trend global yang viral di media sosial. Mereka lebih hafal lagu-lagu barat daripada lagu daerah mereka, bahkan mereka lebih fasih berbahasa asing dari pada bahasa daerah sendiri. Budaya lokal semakin memudar dan terlupakan oleh generasi seterusnya, bahkan memicu hilangnya rasa bangga terhadap warisan budaya sendiri.
Kita sebagai generasi penerus bangsa memiliki kewajiban untuk melestarikan apa yang sudah nenek moyang kita wariskan, mulai dari tarian, makanan khas, bahasa, adat istiadat yang ada, dan lainnya, kita tidak boleh berfikir bahwa jika kita berusaha melestarikan budaya Indonesia, kita akan ketinggalan zaman, kita akan terlihat tidak gaul dan disebut kolot kalau kata anak zaman sekaran.
Banyak sekali budaya yang sudah hampir tidak pernah di lakukan lagi di era sekarang, contohnya anak zaman sekarang lebih lihai untuk melakukan dance dibandingkan menari tarian tradisional, dan juga gaya mereka berpakaian sudah seperti tidak mengenal norma-norma yang ada di Indonesia, mereka mengikuti gaya berpakain orang barat yang terbuka, bagi mereka itu keren dan sudah dianggap biasa, dan juga mereka lebih menyukai produk impor dibandingkan dengan produk lokal, menurut mereka produk impor memiliki kualitas yang lebih baik dibanding produk lokal.
Foto Lompat Batu sumber: Pariwisata.co.id/Endy Poerwanto
Perubahan nilai-nilai budaya ini juga tercermin bagaimana generasi muda memandang tradisi. Jika dulu, tarian tradisional atau kegiatan sakral menjadi bagian penting dari suatu perayaan dan upacara adat, namun sekarang, mereka menganggap jika kegiatan sakral sebagai pertunjukan hiburan. Contohnya yang terjadi di Nias ( Sumatra Utara ), Tradisi lompat batu ( Fahombo ) Yang dulunya merupakan ritual inisasi kedewasaan bagi anak laki-laki, sekarang lebih sering ditampilkan sebagai atraksi wisata. Hal ini bisa menghilangkan makna sakral dan nilai budaya yang mendalam dari tradisi lompat batu tersebut.
Jika ini terus berlanjut, bisa saja budaya asli Indonesia akan semakin terkikis dan akhirnya hilang ditelan zaman. Kita tidak boleh membiarkan budaya Indonesia yang kaya dan beragam ini hilang begitu saja. Ini adalah tanggung jawab kita bersama untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya leluhur agar tetap hidup di era modern ini. Globalisasi membawa perubahan besar bagi budaya di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Namun dibalik dampak negatif dari globalisasi dan canggihnya teknologi, ada pula dampak positifnya yaitu, teknologi dapat menjadi alat yang ampuh untuk melestarikan budaya Indonesia. Kita bisa memanfaatkan media sosial, seperti Instagram, Tiktok, Youtube dan aplikasi lainnya untuk memperkenalkan budaya Indonesia kepada generasi muda dengan cara yang menarik dan tidak ketinggalan zaman atau modern. Misalnya membuat konten edukatif tentang tarian tradisional, pakaian adat, atau makanan khas yang ada di Indonesia.
Infografis Nabila
Daftar pustaka: