Lihat ke Halaman Asli

Tujuh Tahun Silam

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

26122011 Segelas kesucian ku reguk dalam angan sayu merasakan aliran membasahi tenggorokan bisu tak terasa kepedihan menerpa hati ujung mata tetesan kata tak mampu diucapkan dara diatas pembaringan kusam semuanya mendusta aku pulang disudut kehancuran daya ingat duka Gerombolan anak hujan mencoba menembus kerisauan kerisauan nokta angan kelam sepi direntang kesunyian kembali semuanya mentertawakan riuhnya kesombongan virus mematikan mengisi setiap darah pada aliran nadi ah,harapanku jauh pada senyuman manis angan mimpi Kian datang sentilan wajah periang menghembuskan luka menabikcabik keyakinan pada rembulan malam kematian rupa Jauh dan jauh getaran serpihan perjanjian suci tak patut deretan kota itu tertawa berapi 261122004 Ingatkah kawan Bulan ini Tanggal ini tujuh tahun yang lalu hancur porakporanda ujung Sumatera Ingatkah kawan Bergemuruh tanah tiap inci kota disapu air setinggi batang kelapa tua tangisan setiap sudut kota berpesta pilu mayatmayat bergelimpangan penuh lupa busuk kian busuk hilang keluarga tercinta Do'a ku mengalir penuh renungan Di atas kuburan tanpa nisan Di atas kuburan massal ibu menaburkan bunga kesucian tempat kasih sayang terkubur di telan amukan tsunami Segelas kesucian ku reguk dalam angan sayu bersama kenagan murka alam tujuh tahun silam Pekanbaru; 26Pasar12Lima2011Puluh

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline