Lihat ke Halaman Asli

"Win-win Solution" Transportasi "Online" dan Konvensional

Diperbarui: 20 Januari 2018   17:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selamat sore kepada pembaca sekalian yang budiman, Saya berharap kita terus berada dalam keadaan sehat  dan selalu dalam lindungan tuhan yang maha esa. Amin

Berbicara mengenai moda online memang tidak akan ada habisnya. Hari ini kita di hadapkan pada suatu zaman dimana teknologi dianggap sebagai suatu yang merubah kehidupan manusia dan membuat kegiatan sehari-hari kita sangat terbantu dengan adanya teknologi ini termasuk transportasi online.

Baru-baru ini Go-jek indonesia sedang berbahagia karena aplikasi revolusioner ini telah menerima kucuran dana dari berbagai perusahaan asing. Dilansir dari liputan6.com Go-jek dilaporkan mendapat pendanaan dari sejumlah investor. Menurut sumber anonim, Google,Temasek Holdings, termasuk online platform asal Tiongkok Meituan-Dianping turut berpartisipasi dalam penggalangan dana kali ini. Penggalangan dana kali ini mencapai US$ 1,2 miliar ( sekitar 16 triliun).

Lalu masih dikutip dari sumber yang sama, CEO Go-jek Nadiem Makarim mengatakan bahwa perusahaanya menjadi jasa food delivery terbesar di Dunia diluar Tiongkok.

"Go-food (kini) menjadi sesuatu yang kita kira tidak akan sebesar ini. Awal aplikasi (Go-jek) kami luncurkan belum ada Go-food, tapi setelah kami lihat, 80-90 persen dari shopping pengguna Go-jek adalah makanan," kata Nadiem saat konferesi pers Go-food Festival di Pelataran Pasaraya Blok M, jakarta, Selasa (9/1/2018). Dari dua hal tersebut semakin mengukuhkan posisi  Go-jek sebagai transpotasi online yang punya power di Indonesia.  

Ada hal menarik yang perlu diperhatikan, Yaitu bagaimana dengan nasib transportasi konvensional hari ini? apakah moda tersebut masih relevan dengan masyarakat zaman now ?. perlu diketahui bahwa masyarakat di era milenial adalah mereka yang suka dengan sesuatu yang instan,cepat,efektif dan tentunya murah. 

Saya adalah mantan pengemudi ojek online. Saya tertarik bergabung menjadi driver moda tersebut pertama, Ingin hanya coba-coba karena adanya ajakan menggiurkan dari teman. Kedua, Saya ingin mencari uang tambahan untuk memenuhi kebutuhan hidup sebagai mahasiswa dan syukur alhamdulillah memang menjadi driver online memang menggiurkan.

Disaat sedang mengantar penumpang, saya selalu menyempatkan diri untuk bertanya mengapa mereka menggunakan moda transportasi online? Dan jawaban mereka hampir semua sama dimana mereka membutuhkan transportasi yang mudah didapat,instan dan harganya terjangkau, Terlebih lagi apabila jika ingin pergi ke tempat yang tidak tahu mesti memakai angkutan apa maka moda ini pilihan yang tepat.

 Ditempat saya tinggal masih banyak pangkalan ojek yang memasang spanduk yang melarang operasi ojek online. Jika ada yang melanggar terkadang suka main hakim sendiri sampai berujung pada tindakan kriminal yang menelan korban jiwa. Saya sering berdiskusi dengan customer untuk membangun kedekatan dan mengusir rasa bosan jika sedang terjebak kemacetan. Mereka sering bertanya mengapa  para driver online itu tidak ikut saja menjadi driver online dengan begitukan permasalahan akan selesai!!.

Memang itu adalah solusi paling tepat agar permasalahan bisa selesai, Tapi dibalik itu ada hal yang harus ditelaah kembali mengapa diver opang ini sebagian enggan untuk beralih ke moda online.

Saya coba untuk bertanya langsung kepada seorang ketua ojek di dekat rumah untuk mengetahui kebenaran informasinya. Ia menuturkan mengapa driver opang tidak bisa bergabung menjadi driver online karena hal-hal berikut :

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline